Ibadah Nyepi dari Seorang Nyoman

Ibadah Nyepi dari Seorang Nyoman

Hai kenalin, namaku Ni Nyoman Ayu Kemala Komang. Aku sering dipanggil Nyoman. Aku merupakan salah satu umat Hindu yang ada di Semarang. Tepat pada hari ini adalah Hari Raya Nyepi, dimana aku dan keluarga selalu melakukan ibadah ini setiap tahunnya. Aku juga salah satu mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro.

Hari Raya Nyepi adalah hari raya yang diperingati oleh umat Hindu di Bali dan sebagian daerah di Indonesia setiap tahunnya. Hari ini dirayakan sebagai hari raya keagamaan yang paling penting bagi masyarakat Hindu, di mana mereka merayakannya dengan cara yang sangat unik dan berbeda dengan hari raya keagamaan lainnya.

Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka jatuh pada hari yang sama dengan Tahun Baru Masehi pada setiap tahunnya. Namun, perayaannya jauh berbeda dengan Tahun Baru Masehi yang meriah dan penuh dengan kegembiraan. Hari Raya Nyepi adalah hari ketika seluruh kegiatan yang berisik dan mengganggu harus dihentikan selama 24 jam.

Sebelum dilaksanakan hari raya Nyepi umat Hindu akan melakukan upacara persembahyangan Melasti. Biasanya di Bali diadakan sehari sebelum Nyepi, namun karena umat Hindu Jawa menyesuaikan tanggal nasional jadi diadakan di hari Minggu atau tanggal merah terdekat sebelum Nyepi.

Selama ibadah Nyepi saya bersama keluarga melakukan ritual suci dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian. Ritual ini meliputi empat aturan penting yang harus dipatuhi selama sehari penuh. Aturan tersebut adalah Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan kegiatan fisik), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (menahan diri dari hiburan dan kegembiraan). Selama ini saya dan keluarga ataupun umat Hindu lainnya selalu mematikan lampu, alat elektronik, dan api. Namun, terkadang lampu tetap dinyalakan secukupnya jika dibutuhkan.

Hari Raya Nyepi di Bali tidak hanya diperingati dengan upacara keagamaan tetapi juga menjadi ajang perayaan budaya Bali. Sebelum hari raya nyepi, terdapat banyak kegiatan yang memeriahkan perayaan, seperti perayaan Ogoh-ogoh dan perayaan Tawur Kesanga. Ogoh-ogoh adalah patung besar yang dibuat dari bambu dan kertas dengan bentuk binatang atau tokoh mitologi yang dipakai untuk diarak di malam sebelum hari raya Nyepi. Sedangkan Tawur Kesanga adalah upacara mempersembahkan persembahan banten (buah-buahan dan kue) di Pura dengan tujuan membersihkan alam semesta dari kejahatan.

Dalam ibadah Nyepi saya selalu mendapat pelajaran. Setiap tahun pasti ada dimana saya tidak sungguh-sungguh saat menjalani Nyepi, terkadang saya masih memiliki pikiran buruk untuk membatalkan puasa ataupun menyalakan handphone. Maka dari itu, saya selalu berusaha untuk lebih menghargai kegiatan Nyepi ini yang hanya ada satu kali dalam setahun.

Hari Raya Nyepi bukan hanya hari libur keagamaan bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga menjadi ajang perayaan dan kebersamaan antar keluarga. Walaupun merayakannya dengan cara yang berbeda, semangat kebersamaan dan toleransi menjadi hal yang terus ditekankan selama perayaan ini.

Ibadah Nyepi juga dapat berpengaruhi dalam kehidupan sehari-hari saya, dimana saya menjadi berpikir untuk bicara secukupnya dan dapat menahan hawa nafsu karena puasa yang saya lakukan saat Nyepi. Harapan saya kedepan tahun-tahun berikutnya untuk hari raya Nyepi, tradisi dan larangan-larangan tetap diikuti dan dilaksanakan oleh umat Hindu.

Selamat Hari Raya Nyepi 2023, Tahun Baru Saka 1945 bagi umat Hindu yang melaksanakannya. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan.

Penulis                         : Muhammad Kurniawan

Sumber Gambar        : Dokumentasi dari Ni Nyoman Ayu Kemala Komang

Editor                          :  Maharani Sabila

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: