Bulan Malam

Bulan Malam

Bulan sudah kembali pada sang malam, tapi fikiran ku masih saja terhenti sejak mentari pagi datang. Aku masih kalut pada rasa takut akan kehilangan, aku kalut pada rasa hilang yang masih terasa mengecewakan. Entah sisi mana lagi yang harus aku tambal dan rakit, untuk bisa menerima semua kenyataan. Aku yang dulu utuh, sekarang sudah semakin remuk dan redam. Aku yang tetap bisa tersenyum dengan luka, merelakan mu pergi bersama waktu.

Tak banyak kisah yang ku ceritakan tentang mu pada mereka, namun mereka menginginkan kisah ku kala itu. Iya, sebegitu bangga nya aku miliki seseorang yang diinginkan banyak orang. Kedekatan kita, kisah kita, tawa kita, banyak yang ingin memiliki nya. Aku kehilangan dikala aku menyombongkan hal itu, aku kehilangan ketika kita berada pada rasa sayang yang sangat besar.

Sekali kau kecewa, namun kau tetap sabar menghadapi salah dan kecewa selanjutnya. Sebelum kau pergi, berkali kau berkata aku harus kuat dalam hidup. Kau juga minta kurangi keras kepala ku, dan amarah ku. Sabar adalah satu sikap yang selalu kau minta padaku.

Malam sebelum kau hilang, kita masih bertatap pada rasa hangat. Kita masih saling menggenggam, bahkan aku tertidur pada bahu mu yang hangat. Kita saling diam kala itu, hingga kita saling terlelap dan aku bangun pada kesendirian. Tangan mu sudah dingin, dan jiwa mu hilang bersama kedamaian.

Kini kita ada pada dua dunia, yang berbatas pada mimpi. Pada tiap – tiap malam, aku menanti dengan harap semu untuk bertemu. Namun, kau tak pernah menghampiri ku yang sedang menunggu mu. Satu kalimat ingin ku ucap, terimakasih atas nama dan kasih mu padaku, kini aku kuat berkat doa yang dulu kau minta pada Tuhan.

Image from Pinterest

Related Post

One Comment on “Bulan Malam

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: