Sup tak bertuan

Sup tak bertuan

Pagi mulai menyapa di kota kelahiran ayah ku, dengan kabut pagi yang dingin, aku masih menarik kuat selimut ku dan memeluk erat guling kesayangan ku. Sesekali ada suara lembut yang memanggilku berkali kali, dengan nada yang semakin kesal. “Ayo, bangun!! Udah jam 09.00 pagi mbak” ungkap perempuan itu dan hanya dijawab anggukan dan gerakan malas oleh ku.

Aku melangkahkan kaki ke arah dapur, mengambil segelas air putih dan sesegera meraih nasi bungkus yang sudah dibeli oleh Ayah tadi pagi. “Bu, Ayah udah berangkat ya daritadi pagi? Ibu mau aku masakin apa hari ini? Mumpung Kakak dirumah” tanyaku “Ibu mau dimasakin apa aja, yang penting masakan Kakak” jawab Ibu “masak sop kambing ya, Bu” jawab ku dan ditanggapi dengan senyum dan anggukan tanda setuju.

Seusai makan aku mandi, dan segera pergi kepasar. Tak butuh waktu lama bagiku untuk mengumpulkan bahan bahan sop kambing,aku terbiasa menemani Ibu belanja di pasar sebelumnya. Setelah menawar dan semua bahan lengkap, aku segera pulang kerumah.

“Assalamualaikum, Bu aku pulang” ucapku sambil membuka pintu.
“Walaikumsaalam, mau Ibu bantu nggk”
“Nggak usah, Bu. Aku coba masak sendiri ya, kan ibu udah pernah ajarin aku” jawab ku dengan nada yang senang.
“yaudah, tapi Ibu temenin ya” tawarnya
“iya bu”

Aku mulai memasak sop kambing itu, aku rebus air dan memasukkannya kambingnya ketika air mendidih. Sementara itu aku mulai mengolah bumbunya, dan merajang sayur – sayur seperti wortel, kentang, bunga kol, dan tak lupa kapri kesukaan Ayah. Tak lupa obrolan tanpa batas yang ku lakukan dengan Ibu. Suara dan wajah yang sudah ku rindukan sejak 2 minggu lamanya merantau untuk menimba ilmu.

Bau sedap dari sepanci sop mulai tercium, aku aduk dengan sepenuh hati. “Bu, cobain deh rasanya dah pas belum? ” tanya ku pada Ibu ku , yang kemudian dia menghampiri aku. ” udah pas kok Kak, wah Kakak hebat ya! Masakannya enak. Ibu jadi laper nak”
“yaudah, udah siang juga Bu. Ibu duduk aja di ruang makan. Nanti aku siapin ya” ucapku pada ibu dan hanya dijawab anggukan oleh Ibu.

Aku mulai siapkan nasi dan semangkuk sop kambing, tak lupa segelas air putih hangat dan juga jeruk hangat kesukaan Ibu. Kemudian, kita lebur dalam kehangatan sop kambing. Sesekali aku dengarkan Ibu bercerita tentang masa mudanya, tentang kawannya, dan juga tentunya masakan.

Sebenarnya aku memang suka memasak, iya hanya senang tetapi tidak dengan cuciannya. Aku mulai menggerutu kala itu dalam hati, karena harus mencuci sendiri. Karena, kebetulan Mbak rewang nggk berangkat kerja. Sembari mengobrol, aku selesaikan urusan mencuci. Hingga “pyar…. ” aku tak sengaja memecahkan satu piring dan aku terpenjat kaget.

Aku kaget dan mata ku langsung terbuka lebar. Ternyata aku masih tertidur dikamar, berteman dengan kehangatan selimut dan ruang yang redup. Kehangatan yang aku rasakan tadi hanya bungan mimpi, di kala sang fajar mulai naik keatas. Sop kambing dan nasi hangat yang ku rindukan hanya ada dalam angan ku semata. Obrolan panjang, di atas meja makan yang hangat kini hanya dingin yang terasa. Aku lupa, bahwa yang ku rindu hanya ku gapai di mimpi. Kini, sup yang selalu ku buat sudah tak lagi bertuan. Penikmat setianya pergi, dan sudah tak ada lagi.

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: