HARI RAYA GALUNGAN, PARIWISATA BALI JUSTRU TAMBAH RAMAI

HARI RAYA GALUNGAN, PARIWISATA BALI JUSTRU TAMBAH RAMAI

Hari Raya Galungan merupakan salah satu dari beragam jenis hari raya yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali. Hal tersebut merupakan sebuah perayaan hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan), yang berlangsung selama 10 hari dari Rabu, 19 Februari hingga Sabtu, 29 Februari nanti.

Perayaan hari raya tersebut dirayakan oleh umat Hindu setiap 210 hari, sesuai dengan perhitungan kalender Bali. Dirayakan selama 10 hari berturut-turut pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan). Bagi kalian yang ingin melihat kemeriahannya, bisa datang langsung ke Karangasem, Bali. Umat Hindu nantinya akan menuju ke pura-pura yang ada di sekitar mereka, dengan mengenakan pakaian adat yang didominasi warna putih.

Meski begitu, ketika Hari Raya Galungan aktivitas pariwisata di Bali tidak dihentikan. Namun terdapat sedikit perubahan pada waktu operasionalnya. I Nyoman Nuarta selaku Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali menuturkan, kondisi sepinya bali hanya di pagi hari. “Masyarakat lokal hanya pergi beribadah di pagi hari sebelum nantinya aktivitas kembali normal seperti biasa. Tapi tetap ada beberapa tempat wisata yang buka sesuai dengan jam operasional seperti hari-hari biasa,” ungkap Nuarta sesuai yang dilansir pada travel.kompas.com.

Masyarakat Bali juga sudah biasa bepergian ke beberapa tempat wisata untuk meramaikan Galungan. Tempat tersebut bisa menjadi tujuan bagi para wisatawan untuk melihat perayaan Galungan. Di antaranya Kintamani, Bedugul, Pura Besakih, Uluwatu, Sangeh dan Taman Tirta Gangga. Para pengunjung juga diharuskan untuk berpakaian sopan atau sesuai dengan adat Bali. Kemudian mengikuti peraturan yang sudah ditentukan oleh warga sekitar, supaya tidak mengganggu jalannya sembahyang.

Sementara itu Sekretaris Asita Bali Putu Winastra mengatakan umat Hindu yang bekerja di sektor pariwisata relatif fleksibel. Perayaan Galungan juga terjadi sepanjang hari sehingga umat Hindu Bali bisa bersembahyang saat pagi, siang, sore ataupun malam hari. “Tentu ada sistem shifting yang menyesuaikan perayaan Galungan, jadi ada yang kerja di saat pagi, malamnya peri ke upacara. Sedangkan kalau kerja sore, paginya mereka gunakan untuk upacara,” tutur Winastra sesuai yang dilansir di travel.kompas.com

Penulis : Haris Rizky Amanullah

Ilustrasi : Salsabilla Okta Putriani

Editor : Anugrah Tri Ramadhan

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: