Pelukan Hangat Bagi yang Tak Pernah Sembuh

Pelukan Hangat Bagi yang Tak Pernah Sembuh

Pelukan Hangat Bagi yang Tak Pernah Sembuh
Pelukan Hangat Bagi yang Tak Pernah Sembuh

“HIV does not make people dangerous to know, so you can shake their hands and give them a hug. They need it.”

-Princess Diana-

Selama ini HIV/AIDS masih menjadi salah satu penyakit yang terdengar sangat menakutkan bagi semua orang. AIDS sebenarnya adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom, yaitu sekumpulan gejala penyakit yang di sebabkan karena kurangnya daya tahan tubuh manusia oleh infeksi virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). Menurut dr. Ari Istoniwati kebanyakan virus HIV/AIDS ditemukan pada seseorang yang dengan gejala TBC dalam waktu yang cukup lama. Seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS bukan berarti telah di vonis mati. HIV/AIDS dapat dicegah dengan meminum secara rutin antiretroviral atau ARV. Pengobatan ARV hanya  menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh sehingga orang dengan infeksi HIV/AIDS dapat kembali “sehat” atau bebas gejala. Namun virus HIV masih ada dan “tertidur” di dalam tubuhnya dan tetap bisa menular pada orang lain.

Berbicara tentang HIV/AIDS tidak dapat dipisahkan dari cerita yang ada di lingkungan kita, seperti cerita yang dialami oleh sari(nama samaran). Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiranya akan menjadi bagian dari odha(orang dengan HIV/AIDS), semula kehidupan perempuan yang berprofesi sebagai guru ini baik-baik saja, tidak ada yang aneh. Bahkan saat dirinya terkena bronkitis, dia tetap tidak berpikir macam-macam, hanya saja bronkitis yang dideritanya terjadi dalam waktu yang lama hingga 6 bulan, dan setiap bulan keadaanya semakin memburuk. Bahkan pada bulan terakhir sampai tidak mampu berjalan. Karena itulah atas saran dari keluarga dan teman-temannya, dia memeriksakan keadaanya kepada dokter khusus masalah HIV/AIDS. Dengan ragu-ragu dokter memberitahu bahwa dirinya positif HIV/AIDS. Memang alm. Suaminya pernah mengidap virus ganas ini, namun tak pernah sedikitpun terbayang jika penyakit yang di derita suaminya itu kini juga ada di dalam tubuhnya. Setelah mendapat vonis dokter, sari sangat terpukul hingga rasanya tidak sanggup lagi untuk menghadapi dunia. Apalagi penyakit yang dideritanya adalah HIV/AIDS yang masih menjadi penyakit yang menakutkan untuk orang-orang. Keadaan yang semula sudah buruk karena penyakit bronkitis yang dideritanya kini menjadi semakin buruk. Bahkan dia sudah memasrahkan hidupnya kepada tuhan. Jika harus pergi menyusul alm. Suaminya maka dia sudah rela.

Sebagai makhluk sosial tentu manusia tidak bisa hidup seorang diri. Hal tersebut melandasi hati nurani teman dan kerabat sari untuk memberikan dukungan bangkit. Semangat dan optimis untuk menghadapi kenyataan yang ia alami, meskipun belum ada satupun penderita virus yang sama bisa sembuh. Keberadaan anak semata wayangnya juga memberikan energi positif kepada janda satu anak ini untuk membesarkan buah hati yang ia sayangi. Akhirnya perlahan-lahan sari yang juga berprofesi sebagai guru ini mulai menerima kenyataan yang ia alami. Sang pahlawan tanpa tanda jasa inipun melanjutkan perjuangannya untuk mencerdaskan anak didiknya.

Seharusnya masyarakat tidak mengucilkan para pengidap virus mematikan ini. Memang HIV/AIDS sering diindikasikan sebagai akibat dari seks bebas. Akan tetapi tidak semua penderita dari penyakit ini merupakan pelaku free seks. Perlu di ketahui bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit menular. Salah satu penularanya adalah melalui transfusi darah. Sehingga tidak semestinya mereka yang mengidap penyakit ini dikucilkan dan disalahkan. Mahasiswa sebagai insan intelektual tentu mempunyai peran untuk mengedukasi masyarakat agar selalu memberikan dukungan bagi penderita HIV/AIDS.

HIV/AIDS memang merupakan salah satu penyakit yang belum ditemukan obatnya. Seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS memang tidak akan pernah sembuh dan kembali menjadi sehat, namun bukan berarti kita harus menjauhi seseorang yang menderita HIV/AIDS karena sejatinya HIV/AIDS itu tidak akan menular hanya karena kita berjabat tangan ataupun berbicara pada penderita HIV/AIDS. Mereka yang menderita HIV/AIDS bukanlah manusia yang harus ditakuti dan dikucilkan,tetapi mereka membutuhkan pelukan dari kita agar mereka dapat bangkit dan menghadapi dunia dengan senyuman.

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: