WHO: Akar Penyebab Penderitaan dan Sakitnya Dunia

WHO: Akar Penyebab Penderitaan dan Sakitnya Dunia

Baru-baru ini, terlihat dari laman resmi Instagram WHO Indonesia mengunggah sebuah utas tentang peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati pada tanggal 31 Mei. Peringatan ini diselenggarakan setiap tahun oleh Organisasi Kesehatan dunia atau WHO. Dikutip dari berbagai sumber, pada tahun 1987 negara anggota dari badan Kesehatan dunia itu menetapkan “Hari Tanpa Tembakau Sedunia” sebagai bentuk peringatan bagi masyarakat pentingnya dampak buruk yang ditimbulkan dari penggunaan tembakau.

Melalui tagar #GrowFoodNotTobacco, WHO mengajak masyarakat khususnya petani untuk berhenti menanam tembakau dan beralih ke tanaman pangan. Selain itu, tembakau dikatakan tidak meningkatkan perekonomian atau meningkatkan produk domestik bruto. Menanam tembakau membuat petani, keluarganya. dan planet bumi sakit. Jadi, tembakau bukanlah jalan menuju kemakmuran. Sebaliknya, tembakau adalah akar penyebab penderitaan.

Dalam laman Instagram yang diunggah, WHO Indonesia mewawancarai Tuhar seorang mantan petani tembakau yang berusia 55 tahun dan memiliki perjalanan menarik di dunia pertanian selama 23 tahun terakhir. Tuhar mengatakan bahwa petani yang menanam tembakau sering mengalami kerugian terlebih jika tembakau yang dihasilkan tidak kering yang bisa dikatakan sebagai gagal panen.

“Petani yang menanam tembakau itu tetap menanam dan dalam proses itu kalau tidak kering itu juga gagal panen. Bangkrut, bangkrut dan bangkrut terus itu”, ungkap Tuhar.

Sejak tahun 2000, Tuhar sudah membuat keputusan berani untuk beralih dari menanam tembakau menjadi menanam tanaman tahunan yaitu hortikultura dan kopi. Menurut Tuhar sudah banyak petani yang mempunyai mindset menanam selain tembakau. Perubahan ini mencerminkan perkembangan pandangan pada praktik yang terjadi di Temanggung, Jawa tengah.

Pertanian tembakau telah mengambil alih lahan pertanian yang seharusnya bisa menjadi lahan budidaya tanaman pangan. Tuhar juga mengungkapkan bahwa di Java Sindoro Sumbing ini, tanah mencapai kemiringan hingga 60 persen yang mana riskan terhadap longsor dan erosi jika tidak ada tanaman tahunan. Jika menanam tembakau dan tembakau tersebut habis, maka ketika hujan akan menyebabkan banjir.

Selain itu, dikutip dari berbagai sumber bahwa tembakau mengandung zat yang tidak aman, seperti aseton, tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat ini dapat mempengaruhi fungsi paru-paru dan organ tubuh lainnya. Selain itu, mengandung bahan kimia penyebab kanker dimana sel dapat tumbuh terlalu cepat atau tidak normal. Penggunaan tembakau menjadi salah satu penyebab berbagai jenis kanker.

Dari pernyataan yang sudah dilontarkan Tuhar, WHO mengajak masyarakat khususnya petani untuk menanam tanaman tahunan yang menghasilkan dan ramah lingkungan.

“Mari kuatkan ketahanan pangan disamping itu menghasilkan juga ramah lingkungan. Bersatu menciptakan masa depan yang lebih sehat dimana kita dapat bebas dari tembakau dan dapat menjaga kehidupan yang berkelanjutan bagi semua”, tulis WHO Indonesia pada caption di Instagram.

Penulis: Maharani Sabila

Sumber: Instagram @whoindonesia

Editor: Mayang Luh Jinggan

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: