Peristiwa G30S/PKI dikenal sebagai gerakan yang kala itu bertujuan untuk melakukan perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh PKI. Namun, pada saat itu PKI menyatakan bahwa dokumen itu palsu dan menuduh balik bahwa rumor itu adalah fitnah dari Partai Murba yang dipimpin oleh Chaerul Saleh dan Sukarni. Ada juga dokumen semacam pemberontakan PKI Madiun 1948 yang disanggah namun ternyata terbukti benar.
Dalam rangka persiapan perebutan kekuasaan negara, PKI membentuk Biro khusus pada tahun 1964 yang bertugas untuk menyusun gerakan 30 September 1965. Kemudian perdana menteri RRC,PKI melancarkan tuntutan pembentukan angkatan ke-5 agar buruh tani dipersenjatai. Pembentukan angkatan ini tidak disetujui, kecuali oleh pimpinan Angkatan Udara
Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani secara tegas menolak, karena menurutnya pembentukan angkatan ke-5 akan mempersulit dalam garis komando maupun dalam pengawasan angkatan bersenjata di Indonesia.
Pada saat itu Ir Soekarno sedang sakit parah dan divonis akan mengalami kelumpuhan oleh dokter asal China. Setelah mendengar vonisan itu Aidit dan kepemimpinan Partai Komunis untuk mengkudeta Dewan Jenderal, mereka kemudian merekayasa cerita bahwa Dewan Jenderal sedang mempersiapkan kudeta bahwa Ir Soekarno akan segera meninggal. Rekayasa cerita tersebut digunakan sebagai alasan untuk kudeta mereka sendiri. Mereka akan menculik 7 jenderal yang dianggap sebagai perwakilan jenderal. 7 jenderal tersebut adalah:
- Letjen Ahmad Yani (Kastaf Komando AD)
- Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri)
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri)
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri)
- Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri)
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman)
- Lettu CZI Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jendral Nasution).
Perencanaan operasi ini ada 3 komando, seluruh pasukan itu berada dibawah kepemimpinan Letnan Kolonel Untung. Pada saat itu, Jenderal Ahmad Yani merasa curiga ada kegiatan sistematis yang sedang direncanakan dan Ahmad Yani berencana akan melaporkan, Namun pada tanggal 30 September – 1 Oktober tepat pada pukul 4 subuh, pasukan yang dikomandani Letnan Kolonel Untung menculik 7 jenderal. Jenderal Ahmad Yani yang mencoba melawan dan memberontak ditembak dan meninggal ditempat. Jenderal Nasution berhasil melarikan diri,namun putrinya ditembak oleh PKI. Sedangkan Jenderal D.I Panjaitan ia ikut rela dalam pasukan. Namum pada saat itu Jeneral Panjaitan berdoa terlalu lama dan kemudian ditembak. 4 jenderal yang tersisa dibawa ke Camp G30S/PKI di Lubang Buaya, dan para jendera disiksa dengan tidak manusiawi dan dibunuh kemudian dibuang ke dalam sumur.
Pada keesokan harinya anak buah Kolonel Untung mengambil alih kantor RRI dan memaksa staff untuk membacakan pidato dari Kolone Untung dan mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi yang menyatakan bahwa kegiatan 30 September adalah untuk melawan kudeta dari Dewan Jenderal.
Suharto yang mendengar berita itupun membantah. Ia mengatakan bahwa tidak ada Dewan Jenderal dan membuat catatan tambahan tentang kegiatan 30 September. Kemudian karena adanya kekosongan kekuasaan yang disebabkan oleh tewasnya Jenderal Ahmad Yani, Suharto mengambil alih kendali Angkatan Darat dan berencana membuat serangan balik dengan anak buahnya.
Beberapa waktu kemudian pasukan yang dipimpin Suharto menyerang sebuah markas G30S/PKI dan pasukan yang dipimpin Suharto berhasil membantai pasukan yang bervasilitasi dengan PKI. Namun pemimpin PKI lolos melarikan diri dan akan melanjutkan perjuangannya di bawah tanah.
Kemudian AD menemukan Camp di Lubang Buaya termasuk tubuh para Jenderal, jenazah para Jenderal kemudian dimakamkan di tempat lain dan Suharto memberikan pidato dimana ia mengutuk gerakan G30S/PKI dan mendesak masyarakat untuk melanjutkan perjuangan para jenderal yang telah meninggal tersebut.
Beberapa hari kemudian Suharto dipanggil ke istana 2 untuk berbicara dengan Ir Soekarno. Presiden Soekarno telah mendapat jaminan dari Marsekal Udara yaitu Omar Dhani, bahwa Angkatan udara tidak terlibat dalam kudeta ini. Namun suharto membantah pernyataan tersebut dengan menunjukan bukti senjata yang dimiliki Angkatan Udara. Dalam pertemuan ini menghasilkan konfirmasi untuk menunjuk Suharto sebagai pemimpin Angkatan Darat dan bekerjasama dengan Pranoto dalam investigasi terhadap peristiwa kudeta ini.
Kemudian AD menemukan Camp di Lubang Buaya termasuk tubuh para jenderal, jenazah para jenderal kemudian dimakamkan di tempat lain dan Suharto memberikan pidato dimana ia mengutuk gerakan G30S/PKI dan mendesak masyarakat untuk melanjutkan perjuangan para jenderal yang telah meninggal tersebut.
Penulis : Meimanah
Editor: Riska Marcela
Sumber: Shorts Moba