SEJARAH WORLD POETRY DAY

SEJARAH WORLD POETRY DAY

Indonesia memiliki sederet sastrawan yang berpengaruh pada kesusastraan tanah air. Karya-karya mereka melegenda bahkan saat raganya telah menyatu dengan tanah, Sapardi Djoko Damono misalnya. Penyair asal Surakarta ini telah melahirkan karya ‘Hujan Bulan Juni’ yang bahkan telah dibukukan menjadi novel dan difilmkan pada tahun 2017 lalu. Selain itu, ada pula Chairil Anwar yang dinobatkan oleh H.B Jasin sebagai pelopor sastrawan angkatan 45, Ia melekat di hati para pecinta sastra dengan karya legendarisnya yang berjudul ‘Aku’.

Di luar negeri, terdapat nama-nama yang juga dikenal oleh seluruh penjuru dunia seperti, Kahlil Gibran penulis asal Lebanon-Amerika dengan buku fenomenalnya berjudul ‘Al-Ajnihah al-Mutakassirah’ atau ‘Sayap-sayap Patah’. Lalu, apakah kalian mengenal kisah cinta Romeo dan Juliet? Karya legendaris tersebut milik William Shakespare yang merupakan sastrawan internasional asal Inggris. Salah satu puisi yang pernah ia tulis yaitu, Sonnet 106: When in the chronicle of wasted time.

Oleh karena itu, lahirlah hari puisi sedunia yang jatuh pada tanggal 21 Maret. Lalu bagaimana asal usul dari world poetry day? Simak sama-sama yuk.

Asal Usul World Poetry Day:

World Poetry Day atau Hari Puisi Dunia diperingati pada 21 Maret melalui resolusi oleh salah satu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu UNESCO (the United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) pada tahun 1999. Peringatan hari puisi dunia bertujuan untuk mempromosikan pembacaan, penulisan, penerbitan, hingga pengajaran puisi di seluruh dunia.

Ide hari puisi sedunia bermula saat penyelenggaraan pertemuan UNESCO ke-30 di Paris, Perancis pada Oktober-November 1999. UNESCO mendeklarasikan hari puisi sedunia karena menganggap bahwa puisi merupakan suatu hal penting yang perlu dikembangkan dan dilestarikan.

Penulis sendiri telah mengumpulkan beberapa puisi yang dilampirkan di sini guna menyambut hari puisi sedunia. Puisi bukan lagi karya seni usang, melainkan jati diri seseorang dalam menyampaikan pikiran dan persaannya. Selamat hari puisi sedunia!

Dia Suka Sekali Mawar Merah

                                    Karya Indah Surya

Dia suka sekali mawar merah

Kerap ku bawakan setangkai menjelang senja

Pasti ekspresinya selalu sama ku lihat

Tak ada air mata meski ku tahu ia terluka

Aku tahu,

Belakangan ini ia cemburu

Sebab putri kecilnya tak kunjung datang

Tak beri mawar pun tak usap papan

Pa, ini do’a dari rumah

Maafkan tak ada mawar

Maafkan tak kunjung datang

Ini putrimu sudah tumbuh dewasa.

Sonnet 106: When in the Chronicle of Wasted Time

                                                Karya: William Shakespare

When in the chronicle of wasted time

I see descriptions of the fairest wights,

And beauty making beautiful old rhyme

In praise of ladies dead and lovely knights,

Then, in the blazon of sweet beauty’s best,

Of hand, of foot, of lip, of eye, of brow,

I see their antique pen would have express’d

Even such a beauty as you master now.

So all their praises are but prophecies

Of this our time, all your prefiguring;

And, for they look’d but with divining eyes,

They had no skill enough your worth to sing:

For we, which now behold these present days,

Have eyes to wonder, but lack tongues to praise.

Penulis: Indah Suryaningsih

Foto     : Pribadi

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: