BIRO KESLING UDINUS AJAK MASYARAKAT LEBIH PEKA DENGAN SAMPAH

BIRO KESLING UDINUS AJAK MASYARAKAT LEBIH PEKA DENGAN SAMPAH

Biro Kesehatan Lingkungan (Biro Kesling), Universitas Dian Nuswantoro (Udinus)Semarang, menggelar Webinar nasional pada Sabtu (20/02) dalam rangka peringati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).  Webinar yang diikuti oleh 335 peserta dari beragam instansi di seluruh Indonesia membahas soal pengendalian & pengelolaan sampah plastik yang belum optimal di Indonesia dengan meramaikan tagar #BijakBerplastik, SelamatkanBumi!.

Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D  mengungkapkan dalam webinar tersebut jika kesehatan lingkungan erat kaitannya  dengan mempelajari hubungan interaktif antar individu terhadap lingkungan yang mempunyai potensi bahasa terhadap kesehatan, identifikasi, mengukur, analisa, serta prediksi terhadap dampak dan mencari alternatif solusinya.

Ia menegaskan, hampir semua bahan logam berat bergerak dalam plastik dan secara kolektif, secara umum menganggu sistem endokrin dan system reproduksi.  Mikroplastik berasal dari bahan percetakan tiga dimensi, seperti bahan untuk maskara, lipstik, dan lainnya. 

DR.  Adian Khoironi, ST.MS.i.  Dosen Program Studi Kesehatan Lingkungan Udinus menuturkan, berbicara tentang mikroplastik, sumber dari mikroplastik tidak selalu berasal dari bahan yang memang mengandung mikroplastik.  Untuk itu, ada mikroplastik yang biasa kita sebut secondary microplastic atau microplastik kedua yang merupakan hasil dari proses degradasi makroplastik. 

Perubahan yang mempengaruhi sifat polimer plastik dapat dikatakan sebagai proses degradasi.  Plastik yang telah mengalami proses awal degradasi apapun, maka sifat lenturnya pasti akan berkurang.  Hal ini terjadi disebabkan karena berhubungan dengan kristalinitas. 

Mikroalga merupakan bio-solusi untuk pencemaran plastik karena kemampuan EPS dalam melakukan proses heteroagregasi MP dan kemampuan anion pada dinding menjual mikroalga untuk mengikat logam berat dari bahan aditif MP. 

DR.  Adian Khoironi, ST., MS.i, menyampaikan dari hasil penelitiannya bahwa, degradasi bukan solusi untuk mengurangi sampah plastik, namun degradasi merupakan masalah baru dalam masalah sampah plastik.  Solusi yang di tawarkan yakni, dengan pengurangan pemakaian produk plastik kemasan sekali pakai, serta biasakan menggunakan bahan pengemas isi ulang dan mengkonsumsi hasil laut dengan tepat. 

Leony Christine, Ketua Pelaksana Webinar Nasional Discussea menyatakan, kesadaran masyarakat terhadap dampak mencampakkan sampah sembarangan dan kurangnya pengetahuan tentang cara mengolah serta pengelolaan sampah yang baik, mengakibatkan Indonesia berada pada peringkat kedua penghasil sampah plastik di laut sedunia.

Ia berharap melalui webinar ini dapat menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi bagi para peserta, terutama menciptakan generasi milenial dalam pengelolaan dan pengelolaan sampah plastik di perairan laut serta menciptakan suatu inovasi untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. 

Penulis: Rafi Syauqie Arjuna

Editor: Almira Felicia Anjar

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: