Semarang, 29 Juli 2022 – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) mengajak anak muda Kota Semarang bersama-sama melaksanakan kegiatan menggambar dengan tema “Expressing Fear of Missing Out Through Creativity” di Simpang Lima, Kota Semarang pada saat Car Free Day di hari Minggu, 2 Juli 2023.
Kegiatan menggambar bersama diselenggarakan sebagai bentuk kampanye yang dilakukan untuk melihat bagaimana respon masyarakat terhadap fenomena yang marak terjadi khususnya di kalangan remaja yang takut atau khawatir tertinggal tren atau sesuatu yang sedang menjadi topik utama pembahasan Sosial Media.
Kondisi takut dan khawatir kemudian mendorong mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro untuk mengadakan aktivitas menggambar bersama dengan tujuan menyediakan wadah bagi anak muda mengenai pemahaman bidang sosial dalam mendukung dampak positif bagi tiap individu menyikapi sebuah tren.
Merujuk pada penelitian, FOMO (Fear of Missing Out) adalah kondisi saat seseorang mengalami rasa takut jika tertinggal informasi yang sedang terjadi terutama yang berkaitan dengan apa yang orang lain sedang lakukan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa rasa takut dapat terjadi secara berlebihan bagi seseorang. Mahasiswa Ilmu Komunikasi mengadakan kegiatan ini agar anak muda lebih bijak dalam menerima kondisi diri sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.
Kinan Rosaline sebagai ketua penyelenggara kegiatan menyampaikan bahwa fenomena FOMO yang terjadi di masyarakat dapat memberikan dampak yang beragam. Salah satunya yaitu kondisi dimana seseorang merasa takut dan menimbulkan kekhawatiran irasional. Hal ini menunjukkan sebagaimana mestinya bahwa anak muda perlu memahami bagaimana bentuk penerimaan diri atas apa yang terjadi.
Gambar yang dilukiskan pada media kain merepresentasikan pengalaman pribadi para peserta yang pernah mengalami fenomena Fear of Missing Out. Salma Aqila sebagai salah satu peserta beranggapan bahwa rasa takut ketinggalan ini sering membuatnya menjadi sulit mengontrol penggunaan media sosial agar tidak dianggap “kudet” atau kurang update.
Ali Akbar selaku peserta juga turut mengatakan bahwa tidak semua tren harus diikuti dan tidak semua tren dapat memberikan dampak positif, karena pada akhirnya anak muda hanya ikut tanpa memahami manfaat sebenarnya dari tren tersebut.
“Yang penting ikutan, penting atau tidak itu urusan belakangan” ungkap Ali.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi bersama kegiatan ini berkomitmen untuk menyediakan tempat berekspresi sekaligus sarana edukasi yang telah dirancang untuk merubah rasa khawatir yang berlebih menjadi bentuk penerimaan kondisi diri.
Penulis: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2019
Sumber Dokumentasi: Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2019
Editor: Katarina Setiawan