PASIEN SUSPEK CACAR MONYET (MONKEYPOX) DI JAWA TENGAH NEGATIF, TETAP WASPADA TERHADAP GEJALA DAN PENULARANNYA

PASIEN SUSPEK CACAR MONYET (MONKEYPOX) DI JAWA TENGAH NEGATIF, TETAP WASPADA TERHADAP GEJALA DAN PENULARANNYA

Suspek Monkeypox di Jawa Tengah

Penyakit monkeypox atau cacar monyet diduga menjangkit salah satu warga di Jawa Tengah setelah sebelumnya telah menyebar di 75 negara. Setelah dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah pada Kamis, 4 Agustus 2022, status warga tersebut masih sebatas suspek atau bergejala.

“Masih suspek ya, saat ini kondisinya sudah mulai membaik,” terang Yunita Dyah Suminar selaku Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

Terdapat beberapa gejala yang dialami oleh pasien yang mirip dengan cacar monyet sehingga pasien dinyatakan suspek. Gejala yang dialami, yaitu pusing, demam, dan terdapat bercak merah di kulit. Pihak Dinkes sedang melalukan observasi lebih lanjut terkait kondisi pasien.

Namun, setelah dilakukan swab hasilnya negatif cacar monyet. Hal itu disampaikan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

“Kemarin terindikasi satu (orang pasien suspek), tadi hasil PCR-nya negatif,” kata Ganjar, saat berada di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Kamis (4/8/2022), mengutip dari laman Provinsi Jawa Tengah.

Meskipun cacar monyet belum masuk ke Indonesia, tetapi penyakit ini secara resmi dinyatakan “Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional, Tingkat Kewaspadaan Tertinggi” oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Lalu, Bagaimana Awal Mula Adanya Penyakit Monkeypox atau Cacar Monyet dan Cara Penularannya?

Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka atau merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya, yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus ini termasuk dalam genus orthopoxvirus dalam famili Poxviridae yang juga termasuk ke dalam virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia (digunakan dalam vaksin cacar), dan virus cacar sapi.

Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Kala itu ditemukan wabah penyakit mirip cacar, tetapi menyerang koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, sehingga penyakit ini disebut sebagai cacar monyet atau monkeypox. Monkeypox pertama kali menjangkit manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Kemudian menyebar dan menginfeksi orang-orang di berbagai negara Afrika Tengah dan Barat.

Penularan cacar monyet dapat terjadi apabila seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan yang terinfeksi, orang yang terinfeksi, atau bahan yang telah tercemar oleh virus. Pada ibu hamil juga dapat menularkan pada janin melalui plasenta. Dari hewan ke manusia, virus dapat menular melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi.

Dari manusia ke manusia virus dapat menular apabila terjadi kontak langsung dengan penderita melalui cairan atau luka tubuh atau bisa juga oleh bahan yang menyentuh cairan atau luka tubuh seperti pakaian. Luka tubuh yang ditimbulkan oleh cacar monyet yaitu luka infeksi dan koreng. Jika kontak berkepanjangan dengan pasien maka penyebaran virus dapat melalui droplet pernapasan yang dikeluarkan oleh pasien.

Dalam situs Kemenkes disebutkan bahwa berbagai spesies hewan telah diidentifikasi rentan terinfeksi virus cacar monyet. Sehingga sampai sekarang masih ada ketidakpastian sejarah alami terbentuknya virus ini meskipun awal mula ditemukan menginfeksi monyet dan bernama cacar monyet. Namun, monyet bukanlah reservoir atau sumber virus ini.

Gejala yang Muncul Akibat Cacar Monyet

Adanya dugaan terkait kasus monkeypox yang menjangkit salah satu warga lantas membuat Kementrian Kesehatan mengungkap gejala apa saja yang harus diwaspadai agar dapat terhindar dari penyakit tersebut. Gejala ini memiliki reaksi yang berbeda-beda antara manusia dan hewan. Jika pada manusia, gejala cacar monyet hampir mirip dengan cacar air tetapi lebih ringan. Gejala tersebut diawali dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.

Adapun perbedaan antara cacar monyet dan cacar air, yaitu jika pada cacar monyet dapat menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan pada cacar air tidak. Masa inkubasi cacar monyet sampai menunjukkan gejala awal yaitu selama kurang lebih 6 hingga 13 hari sampai dengan 21 hari.

Secara spesifik gejala yang timbul antara lain:

  • Sakit kepala
  • Demam akut > 38,5oC
  • Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
  • Nyeri otot/Myalgia
  • Sakit Punggung
  • Asthenia (kelemahan tubuh)
  • Lesi cacar (benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh)

Setelah muncul demam dalam 1 sampai 3 hari kedepan atau bahkan lebih, pada tubuh penderita akan muncul ruam yang biasanya muncul pada bagian wajah kemudian menyebar ke bagian lain. Penyakit ini berlangsung selama 2-4 minggu.

Cara Pencegahan Cacar Monyet

WHO menyebutkan tidak ada perawatan khusus atau vaksin untuk mencegah virus ini karena wabah ini dapat dikendalikan meskipun perlu waktu yang lama untuk menyembuhkannya. Kemenkes juga meminta masyarakat tidak perlu panik dengan pemberitaan media mengenai penyakit yang mungkin dapat masuk ke Indonesia. Asalkan selalu waspada dan menjaga kebersihan seperti rajin mencuci tangan dengan sabun maka akan terhindar dari penyakit ini.

Adapun cara mencegah penularan cacar monyet, antara lain:

  • Menghindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi reservoir virus (termasuk hewan yang sakit atau mati di daerah yang terkena wabah cacar monyet)
  • Mengindari kontak dengan bahan bekas pakai hewan yang terkena virus seperti tempat tidur dan sebagainya.
  • Memisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain guna mencegah penyebaran virus
  • Selalu mencuci tangan setelah berinteraksi dengan pasien yang terkena cacar monyet baik manusia ataupun hewan.
  • Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat kontak dengan pasien yang terinfeksi.
  • Memasak daging dengan benar dan matang

Penyakit ini mungkin belum masuk di Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan nantinya virus ini ada di Indonesia seperti kasus Covid-19. Maka dari itu kita harus tetap waspada dan jika mendapati orang dengan gejala yang telah disebutkan di atas segera melapor ke rumah sakit atau layanan kesehatan agar segera mendapatkan tindakan yang tepat.

Penulis: Aninda Ratna Ghifarani

Editor: Katarina Setiawan

Sumber berita: berbagai sumber

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: