14 FEBRUARI, HARI PEMBERONTAKAN PETA YANG SERING DILUPAKAN GENERASI MUDA

14 FEBRUARI, HARI PEMBERONTAKAN PETA YANG SERING DILUPAKAN GENERASI MUDA

Tepat pada hari ini (14/02/2021) merupakan hari peringatan pemberontakan PETA yang bertepatan dengan hari kasih sayang atau kerap dikenal dengan hari valentine.

Sayangnya, mayoritas warga Indonesia, terutama generasi muda, lebih familiar dengan peringatan hari valentine daripada hari pemberontakan PETA.

PETA sendiri merupakan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air yang dibentuk oleh Jepang di Indonesia pada masa penjajahan Jepang. Dibentuk pada 3 Oktober 1943, berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela.

Pemberontakan batalion PETA terjadi di Blitar pada 14 Februari 1945 dan dipimpin oleh “Shodancho” Supriyadi. Pemberontakan ini terjadi akibat kemarahan serta keprihatinan Supriyadi terhadap nasib rakyat Indonesia, terutama di Blitar, Jawa Timur. Nasib pribumi pada saat kekuasaan Kekaisaran Jepang sangat menderita karena diterapkannya kebijakan yang tidak berperi kemanusiaan seperti kerja paksa (romusha), perampasan hasil pertanian, dan perlakuan rasisme.

Supriyadi yang geram akan hal tersebut akhirnya mengadakan rapat rahasia bersama para pasukan Tentara PETA yang membelot untuk mengadakan pemberontakan terhadap Kekaisaran Jepang. Supriyadi bersama Tentara PETA berhasil membunuh sejumlah Tentara Kekaisaran Jepang serta membawa kabur perlengkapan dan barang logistik mereka.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa kekuatan Tentara Kekaisaran Jepang lebih kuat dibanding dengan Tentara PETA yang notabene merupakan bentukan Jepang. Pemberontakan ini lantas berhasil dilumpuhkan balik dengan taktik tipu muslihat yang disusun oleh Kolonel Katagiri, Komandan tentara Jepang, bersama anggota Tentara PETA lainnya yang masih berpihak di kubu Jepang.

Tidak ada yang tahu pasti keberadaan Supriyadi hingga saat ini karena beliau dinyatakan hilang dalam peristiwa ini. Akan tetapi masih terdapat Muradi, pimpinan lapangan dalam peristiwa ini, yang masih bersama dengan pasukan Tentara PETA hingga saat terakhir.

Tentara PETA yang tertangkap disiksa selama penahan oleh Kempeitai (PM) dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara Kekaisaran Jepang di Evereld, yang sekarang menjadi Pantai Ancol, pada 16 Mei 1945.

Sesuai dengan apa yang pernah diucapkan oleh Sukarno “Jasmerah” yaitu singkatan dari Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah sangat perlu diingat dan ditanamkan pada jiwa kita sebagai bangsa Indonesia sekaligus generasi muda penerus bangsa. Kalau bukan kita yang melakukannya lantas mau siapa lagi.

Penulis: Diaz Mulya Putri

Editor: Almira Felicia

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: