Teater Kaplink Persembahkan ‘Lautan Bernyanyi’, Ajak Masyarakat Nikmati Cerita Paradoks antara Logika dan Hal Mistis

Teater Kaplink Persembahkan ‘Lautan Bernyanyi’, Ajak Masyarakat Nikmati Cerita Paradoks antara Logika dan Hal Mistis

Pada Selasa, 9 Juli 2024, Teater Kaplink melakukan pentas di Gedung E.3 yang bertajuk ‘Lautan Bernyanyi’. Judul itu diambil dari salah satu cerpen karya sastrawan terkenal asal Bali, yaitu Putu Wijaya.

“Ini pengembangan cerpen karya Putu Wijaya, disitu dia cerita soal cerpennya doang, tentang mitos-mitos yang ada di Bali, kemudian berkembanglah ceritanya menuju ke logika mistika. Logika mistika itu dimana ada suatu peristiwa yang belum bisa dicerna secara logikanya mereka, lalu dibelokkan ke hal mistis. Nah, benang merah itu kami tarik, kemudian di garap menjadi pentas ‘Lautan Bernyanyi’ ini karena banyak orang Indonesia masih memercayai hal-hal mistis,” jelas Rizky Fadhilah, selaku sutradara pentas mengenai alasan pemilihan judul pentas ini.

Pentas yang berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam ini dipadati banyak pengunjung. Baik dari mahasiswa maupun masyarakat umum.

Para penonton memadati aula dan menikmati alur cerita

Secara garis besar, pentas ini menceritakan soal mitos yang terlalu dipercayai di daerah Bali. Putu Wijaya, sang penulis yang merupakan penduduk asli daerah Bali, merasakan banyak pergolakan batin di hatinya, tentang logika dan mistis. Dia merasa bahwa hal-hal mistis yang terlalu dipercaya membuat hambatan dalam perkembangan dan juga hambatan lainnya. Padahal, dua hal tersebut, yaitu logika dan mistis sangat bertentangan, atau yang sering dikenal dengan istilah paradoks.

Akhirnya, Putu Wijaya menentang hal itu yang divisualisasikan dengan tokoh Kapten Leo yang selalu menentang Comol karena ia selalu memercayai hal-hal mistis seperti Dewa Laut dan Dayu Sanur. Sementara itu, Kapten Leo sangat percaya dengan logikanya.

Rizky menyebutkan bahwa pentas yang berjalan lancar dan epik ini tidak terlepas dari peran para kru di baliknya. Di dalamnya tentunya terdapat jerih payah semua anggota Teater Kaplink, juga dibantu oleh relawan dari BEM KM dan mahasiswa program studi Sastra Inggris.

Kru Pentas Lautan Bernyanyi dari Teater Kaplink

“Selama proses, ketika mendapat klimaks dan kepuasaan ketika latihan. Ketika latihan, berdialog, mereka mencari bahan, kepuasaan buat saya sendiri ya karena saya seorang sutradara, melihat mereka bertumbuh itu sangat menyenangkan untukku pribadi,” ujar Rizky tentang momen yang paling berkesan selama persiapan pentas ‘Laut Bernyanyi’.

Penulis: Shazia Mirza

Foto: Dokumentasi Wartadinus (Aditya Gilang)

Editor: Ika safira

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: