Menelisik Makanan Tradisional Indonesia yang Diawetkan Secara Alami

Menelisik Makanan Tradisional Indonesia yang Diawetkan Secara Alami

Manusia merupakan makhluk hidup yang harus memenuhi segala kebutuhan pokok untuk bertahan hidup di dunia ini. Salah satu kebutuhan pokok yang paling utama bagi manusia ialah makanan. Untuk memenuhi kebutuhan makan, manusia membuat berbagai inovasi sejak zaman dahulu kala agar mempermudah untuk mengolah berbagai jenis bahan makanan dan terpenuhi kebutuhan pangannya.

Indonesia sendiri merupakan wilayah yang kaya akan bahan pokok makanan karena terletak di garis khatulistiwa dan merupakan negara tropis dengan banyaknya gunung berapi serta lautan. Hal tersebut, membuat Indonesia memiliki keragaman bahan makanan dari darat yang subur tanahnya dikarenakan letusan gunung api dan lautan yang memiliki berbagai macam spesies makhluk hidup.

Meskipun begitu, nenek moyang kita menciptakan berbagai inovasi atau teknologi untuk menyimpan ataupun mengawetkan bahan makanan supaya mencukupi kebutuhan pangan dan dapat menyimpan bahan makanan yang masih tersisa agar tidak basi untuk dimakan di kemudian hari.

Nah, kalian pasti penasaran apa saja inovasi tersebut, ‘kan? Maka dari itu, yuk kita usut inovasi nenek moyang kita dalam menyimpan bahan pangan yang sampai saat ini masih kita gunakan dalam mengolah bahan pangan.

  1. Pengawetan
Dendeng sapi termasuk bahan olahan yang diawetkan

Cara pengawetan makanan sudah dimulai sejak zaman neolitik. Cara-cara pengawetan tersebut ialah pengasinan, penjemuran, pengasapan (salai), dan membumbui bahan makanan.

Terbukti pada pencatatan prasasti yang dijelaskan oleh Churmatin Nasoichah pada buku Jejak Pangan dalam Arkeologi, pada Prasasti Taji (901) menjelaskan proses pengasinan daging dan pada Prasasti Panggumulan I (902) tentang pembuatan daging/ikan yang diasinkan. Proses pengasinan masih dipakai hingga saat ini, yakni ikan asin.

Proses pengeringan/penjemuran dijelaskan pada berbagai prasasti. Salah satunya Prasasti Sangguran (928), tentang pengeringan berbagai bahan pangan seperti; telur, udang, daging, dan berbagai jenis ikan sebagai proses pengawetan pada masa Jawa Kuno. Contoh makanan yang menggunakan proses pengeringan hingga saat ini ialah dendeng daging.

Proses pengasapan (salai) pada bahan makanan biasanya menggunakan bahan daging. Pengasapan sendiri memakai bantuan asap api dalam menjaga makanan agar tidak basi. Pada proses pengasapan ini terdapat makanan tradisional yang biasanya menjadi oleh-oleh dari daerah Jawa Tengah, yakni salai pisang. Salai pisang merupakan makanan yang memiliki rasa manis yang dibuat dengan proses pengeringan dan pengasapan, kemudian diiris-iris dan dijemur.

  • Fermentasi
Dangke, keju kerbau asal Enrekang, Sulawesi Selatan

Fermentasi atau peragian adalah proses pengawetan bahan pangan dengan mengubah karbohidrat menjadi asam organik secara kimia. Dilansir dari Kompas.com, proses pengolahan fermentasi di Tanah Air telah digunakan sejak abad ke-19, pada buku Serat Centhini yang menjelaskan penggunaan tempe sebagai makanan pokok sehari-hari oleh masyarakat Jawa Kuno.

Hal tersebut menjelaskan bahwa banyaknya berbagai olahan fermentasi pada makanan khas Indonesia, seperti;

  1. Tape, gatot, dan peuyeum yang merupakan fermentasi singkong,
  2. Oncom dan tempe yang merupakan fermentasi kedelai,
  3. Terasi dan calo yang merupakan fermentasi udang,
  4. Brem yang merupakan fermentasi sari ketan,
  5. Tempoyak yang merupakan fermentasi durian,
  6. Pakasam yang merupakan fermentasi ikan,
  7. Dangke, dadih, dan dali ni horbo yang merupakan fermentasi susu,
  8. Lemea yang merupakan fermentasi rebung.

Sumber: Historia.id, Kompas.com, dan Detik.com

Sumber Gambar: Detik.com, briliofood.net, Instagram (@Eva_camunu)

Penulis: Mayang Luh Jinggan

Editor: Katarina Setiawan

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: