Sejarah Sumpah Pemuda, Cikal Bakal Kebangkitan Nasional Indonesia

Sejarah Sumpah Pemuda, Cikal Bakal Kebangkitan Nasional Indonesia

Sumpah Pemuda adalah salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Indonesia, yang menjadi salah satu pondasi utama persatuan dan kesadaran nasional. Dideklarasikan pada 28 Oktober 1928 oleh para pemuda dari berbagai daerah, Sumpah Pemuda memperlihatkan tekad kuat generasi muda Indonesia untuk bersatu sebagai satu bangsa, bertumpah darah yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia. Ikrar ini menandai lahirnya semangat kebangsaan yang tidak lagi berbasis kedaerahan, melainkan berfokus pada Bangsa Indonesia. Namun, perjalanan menuju deklarasi Sumpah Pemuda adalah hasil dari perkembangan sejarah yang panjang, mulai dari munculnya kaum terpelajar, tumbuhnya organisasi-organisasi pemuda, hingga pengaruh internasional yang mempengaruhi dinamika politik di Indonesia.

  • Munculnya Kaum Terpelajar

Pada akhir abad ke-19, Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda. Kebijakan kolonial, yang dikenal sebagai Politik Etis mulai diterapkan pada awal abad ke-20, memberikan sedikit peluang pendidikan bagi penduduk pribumi. Sekolah-sekolah dibuka untuk kalangan priyayi (bangsawan), dan secara bertahap mulai memberikan kesempatan bagi kaum non-priyayi untuk mengenyam pendidikan juga. Pendidikan ini melahirkan generasi intelektual baru yang mulai menyadari ketidakadilan dan kekejaman sistem kolonial.

Generasi terpelajar ini tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik pribadi, tetapi juga mulai memperjuangkan nasib bangsanya. Salah satu contohnya adalah Dr. Wahidin Soedirohoesodo, yang memiliki gagasan untuk mendirikan organisasi yang mendukung pendidikan kaum pribumi. Ia berkeliling Pulau Jawa untuk menggalang dana bagi beasiswa pelajar pribumi, yang kelak memunculkan organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Budi Utomo dianggap sebagai pelopor pergerakan nasional dan mencetuskan semangat kebangsaan di kalangan pelajar Indonesia.

  • Tumbuhnya Organisasi Pemuda

Setelah berdirinya Budi Utomo, berbagai organisasi pemuda lainnya mulai muncul, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Organisasi-organisasi ini, seperti Tri Koro Dharmo yang didirikan pada tahun 1915, kemudian berubah nama menjadi Jong Java, mencerminkan semakin tumbuhnya kesadaran nasional di kalangan pemuda. Di luar Jawa, juga terbentuk organisasi serupa, seperti Jong Sumatranen Bond pada tahun 1917 yang menghimpun pelajar-pelajar Sumatera.

Organisasi-organisasi pemuda ini bertujuan memajukan kesenian dan budaya daerah masing-masing, serta membangun solidaritas di antara anggotanya. Namun, pada akhirnya, mereka mulai menyadari pentingnya persatuan yang melampaui batas-batas kedaerahan. Hal ini mendorong lahirnya ide untuk menyatukan seluruh pemuda Indonesia di bawah satu payung organisasi, yang memuncak dalam Kongres Pemuda.

  • Kongres Pemuda Pertama (1926)

Kongres Pemuda Pertama diselenggarakan pada tahun 1926 di Jakarta. Kongres ini mengumpulkan perwakilan dari berbagai organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan lain-lain. Meskipun Kongres ini belum menghasilkan keputusan yang konkret tentang persatuan nasional, namun pertemuan ini memperlihatkan semangat untuk menyatukan pemuda dari berbagai suku dan daerah.

Dalam Kongres tersebut, para pemuda berdiskusi tentang berbagai isu, termasuk pendidikan, budaya, dan pentingnya membentuk persatuan. Walau demikian, Kongres Pemuda Pertama belum berhasil mencapai ikrar persatuan yang jelas, tetapi ia berhasil membangun fondasi untuk Kongres Pemuda Kedua yang akan lebih menegaskan arah perjuangan pemuda.

  • Kongres Pemuda Kedua (1928) dan Lahirnya Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda Kedua diadakan pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, dan menjadi titik balik penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Kongres ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai organisasi pemuda yang mewakili daerah-daerah di seluruh Indonesia, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, dan organisasi lainnya.

Pada akhir kongres, para peserta berhasil menyepakati sebuah deklarasi yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Tiga ikrar yang diucapkan pada saat itu berbunyi:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar tersebut disertai dengan pengibaran bendera Merah Putih dan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya. Lagu ini kemudian menjadi simbol perjuangan kemerdekaan, yang terus dinyanyikan dalam berbagai pergerakan hingga Indonesia merdeka pada tahun 1945.

  • Pengaruh Sumpah Pemuda terhadap Pergerakan Nasional

Sumpah Pemuda memiliki pengaruh yang sangat besar dalam memperkuat kesadaran nasional di kalangan rakyat Indonesia. Pertama, ikrar tersebut berhasil mengatasi sekat-sekat kedaerahan dan perbedaan etnis yang sebelumnya sering menjadi penghalang dalam membentuk persatuan nasional. Dengan adanya Sumpah Pemuda, para pemuda dari berbagai suku, agama, dan daerah mulai merasa bahwa mereka adalah bagian dari satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Selain itu, salah satu dampak paling signifikan dari Sumpah Pemuda adalah pengakuan terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebelum Kongres Pemuda Kedua, Bahasa Melayu hanya berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam perdagangan dan komunikasi lintas etnis. Namun, setelah Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional yang mengikat seluruh rakyat Indonesia. Ini memberikan dasar kuat bagi identitas nasional Indonesia yang terus dipertahankan hingga saat ini.

Semangat yang dihasilkan oleh Sumpah Pemuda juga mempengaruhi pergerakan politik di tanah air. Setelah Kongres Pemuda Kedua, pergerakan nasional semakin terarah dan terorganisir dengan lebih baik. Organisasi-organisasi politik mulai bermunculan, yang secara lebih jelas memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Semangat persatuan yang lahir dari Sumpah Pemuda menjadi pondasi bagi lahirnya pergerakan politik yang lebih luas dan lebih kuat, yang akhirnya mencapai puncaknya pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Sumpah Pemuda adalah momen yang mengubah arah sejarah Indonesia. Ia bukan hanya sekadar ikrar, tetapi juga simbol kuat persatuan dan kebangkitan nasional. Pengaruhnya tidak hanya terasa pada saat itu, tetapi terus bergema sepanjang sejarah perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan. Ikrar ini memperlihatkan bahwa pemuda Indonesia memiliki peran penting sebagai penggerak perubahan dan penjaga persatuan bangsa. Warisan Sumpah Pemuda tetap relevan hingga saat ini, sebagai pengingat akan pentingnya persatuan dalam keberagaman untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan berdaulat.

Penulis: Dinar Emilia

Editor: Maulidya Aisyah Hamidah

Dokumentasi: Kompas.com

Sumber: Rahman, M. A., Darmansyah, D., Suswadi, S., Wiyadi, S. S., & Misman, M. (2008). Sumpah Pemuda: Latar sejarah dan pengaruhnya bagi pergerakan nasional. Museum Sumpah Pemuda.

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: