
Pertempuran Lima Hari di Semarang menjadi kenangan nyata perlawanan rakyat dan pemuda di Kota Semarang dalam mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan. Pertempuran Lima Hari di Semarang adalah puncak kemarahan rakyat terhadap kesewenang-wenangan Jepang yang diawali dari penolakan menyerahkan senjata, diperparah oleh pemberontakan Kidobutai, dan meledak ketika pahlawan rakyat, Dr. Kariadi, gugur ditembak saat menjalankan tugas kemanusiaan.
Gugurnya Dr. Kariadi dan Meletusnya Pertempuran
14 Oktober 1945 menjadi hari dimana gugurnya Dr.Kariadi yang makin memicu kemarahan rakyat untuk melawan kolonial Jepang. Pada tanggal 14 Oktober 2025 menjadi hari peringatan untuk mengenang Pertempuran Lima Hari Di Semarang. Pemerintah Kota dan Provinsi Jawa Tengah, bersama dengan masyarakat Semarang, melakukan serangkaian kegiatan besar untuk memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang yang dipusatkan di kawasan Tugu Muda. Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengenang perjuangan rakyat Semarang yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Upacara Peringatan di Tugu Muda
Pada 14 Oktober 2025, peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang kembali digelar di kawasan Tugu Muda. Acara ini diawali dengan Upacara militer atau seremonial yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Tengah, Walikota Semarang, dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mengajak seluruh masyarakat di Jawa Tengah untuk menggelorakan semangat perjuangan dan pantang menyerah dalam menuju Indonesia Maju. Hal tersebut disampaikan Ahmad Luthfi saat menjadi inspektur upacara pada Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, pada Selasa 14 Oktober 2025.
Sebagai generasi penerus perjuangan bangsa, Ahmad Luthfi meminta masyarakat dapat mengamalkan nilai-nilai perjuangan untuk diterapkan pada kerja dan kehidupan kita saat ini. Menurut Luthfi perjuangan tidak pernah ada kata usai, karena hari ini kita masih menjalankan tantangan dalam berbangsa dan bernegara. Luthfi juga berpesan untuk seluruh masyarakat Jawa Tengah agar terus berinovasi, berkreasi, serta menjunjung tinggi nilai integritas.
“Dari Kota Semarang dan dari Jawa Tengah, mari kita gelorakan semangat perjuangan kita untuk membangun Indonesia,” tutupnya.
Pertunjukan Kolosal dan Puncak Peringatan

Selain upacara, peringatan juga diawali dengan pembacaan sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang yang menceritakan bagaimana rakyat di Semarang merayakan kemerdekaan mereka yang mendapat gangguan dari tentara Jepang, hingga memicu Pertempuran Lima Hari di Semarang. Sejarah mengenai Pertempuran Lima Hari di Semarang juga ditampilkan melalui pertunjukan kolosal Teater Pitoelas, Universitas 17 Agustus Semarang. Pertunjukan ini menjadi puncak dari rangkaian acara Peringatan Lima Hari di Semarang. Puncak acara ini membuat masyarakat yang menyaksikan menjadi terasa akan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan pahlawan kita dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Penulis: Linis Yunita Anggreni
Dokumentasi: Wartadinus (Eka Praya)
Editor: Dinar Emilia
