DUNIA ADALAH MILIK PEMENANG

DUNIA ADALAH MILIK PEMENANG

Gendis, duduk merenung pada taman kota. Melihat orang-orang berlalu. Pikirannya entah kemana, jalan menuju antah berantah tak berujung. Sekelebat masalah membuyarkan semua renungannya. 

“Males banget sama semua orang” lirihnya singkat.

“Aku udah muakk..” lanjutnya.

Seorang pria yang sedari tadi memperhatikan wanita muda itu tidak sengaja mendengar omongannya. Beberapa menit sebelumnya ia membeli kopi pada food truck di pinggir jalan. Ia lelah bekerja dan ingin menjernihkan pikirannya sejenak dengan mampir ke taman kota. Kopi dihisap bersamaan dengan tembakau nusantara. Dani, pria yang lelah bekerja. Ia berjalan menyusuri taman kota, tanpa sadar matanya beralih kepada seorang wanita seorang diri yang duduk merenung di tangga taman.

Duduklah ia dengan matanya yang tak beralih dari wanita itu. Waktu sudah semakin malam, jalanan semakin sepi, dan angin semakin dingin. Namun, gendis tetap tidak beralih. Kopi dan tembakau yang dihisap sudah habis. Hingga akhirnya Dani mendengar lirihan wanita yang telah diamati beberapa waktu itu. 

Ia berjalan mendekat, duduk disampingnya tanpa persetujuan sang empu. Mereka saling bertatap mata. Angin yang dingin berhembus tetapi mata mereka tak kunjung beralih.

“Lu siapa?” Tanya gendis.

“Dani, temen SD kita.. masa lupa..” jawabnya.

“Oh..” 

“Singkat amat..”

“Maunya gimana? Diem deh aku lagi badmood,” Tutur sang wanita dengan wajah cemberut.

“Gendis, kan? Waktu SD belum tercapai, tapi sekarang udah pasti. Aku kan sat set, bagi nomor! Kita ngedate sekarang! Jangan galau terus.” Ucap Dani.

“APASIH TIBA-TIBA BANGETT!!” 

“Dunia ini milik pemenang, pemenang bisa dari banyak sesuatu. Tapi aku pasti bisa jadi pemenang hatimu..”

“Akan kupastikan dunia ini baik-baik saja selama aku ada.” Ucapnya panjang.

Percakapan panjang pun terjadi diantara keduanya, semakin malam semakin larut dalam pembahasan. Dinginnya angin malam terasa jadi semakin hangat. Sudah lama tidak bertemu, kisah yang belum dimulai akan dimulai dengan lembaran baru. Dengan pikiran yang lebih dewasa, kisah yang terjadi pasti lebih bermakna.

Penulis: Anindita Ayu Pramesti

Editor: Annisa Cardina Kamilia Aziz

Dokumentasi: Pinterest

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: