Di balik dinding yang sunyi,
Lahir secercah cahaya pagi.
Namamu harum mewangi,
Membelah gelap, menolak sunyi.
Tanganmu tak menggenggam senjata,
Tapi pena, pikiran, dan cita.
Bersurat ke dunia tanpa prasangka,
Menyulam asa dalam kata-kata.
“Habislah gelap, terbitlah terang,”
Bukan sekadar bait nan gemilang.
Tapi jerit hati yang tak bisa tenang,
Akan nasib perempuan yang dibuang.
Kau lahir dari rahim bangsawan,
Namun jiwamu menolak ikatan.
Tak rela wanita dipenjara harapan,
Hanya karena adat dan kebiasaan.
Kini, kami berada di sini,
Menjadi perempuan berdiri di atas kaki.
Karena langkah kecilmu yang berani,
Menjadi jalan menuju hari ini.
Terima kasih, Ibu Kartini,
Pelita zaman yang tak pernah mati.
Penulis: Dinar Emilia
Dokumentasi: Designed by Freepik
Editor: Shazia Mirza