Kuliner merupakan salah satu hal pokok yang paling digemari semua orang, baik orang Indonesia maupun orang asing. Pada umumnya, masyarakat senang sekali berkuliner. Selain dapat mengenyangkan perut, juga dapat menyenangkan diri sendiri. Kuliner yang paling digemari oleh warga Indonesia adalah makanan khas daerah. Salah satunya makanan khas Yogyakarta, yakni gudeg.
Dikutip dari Merdeka.com yang melansir dari National Geographic, sejarah gudeg bermula pada abad ke-15, ketika Kerajaan Mataram Islam akan dibangun di Hutan Mentaok, Kotagede, Yogyakarta. Pada saat itu, para prajurit diharuskan untuk menebang semua pohon yang ada di Hutan Mentaok. Ternyata, salah satu pohonnya adalah pohon gori atau nangka muda. Dari situlah, mereka mendapat banyak sekali buah nangka muda. Kemudian, dimasaklah buah tersebut dalam panci besar dengan pengaduk yang besar pula.
Menurut Phinemo.com, nama yang disematkan untuk makanan manis ini, awalnya bukanlah “gudeg”, melainkan “hangudek” yang berarti mengaduk dalam bahasa Jawa. Alasan dinamakan hangudek berasal dari bagaimana cara memasaknya, yakni diaduk. Lalu, lahirlah nama “gudeg” yang seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai mengenal dan mempopulerkan makanan manis ini.
Gudeg merupakan salah satu kuliner yang cukup populer khas Yogyakarta. Makanan khas ini merupakan makanan yang terbuat dari nangka muda atau gori yang direbus cukup lama hingga lunak, kemudian dicampur dengan gula jawa supaya terasa manis dan juga rempah-rempah agar menambah rasa gurih. Rasa makanan yang disajikan begitu manis, cocok sekali di lidah-lidah orang Jawa itu sendiri atau para pecinta makanan manis.
National Geographic menyatakan bahwa dalam pembuatan gudeg sendiri, terdapat sebuah filosofi yang sempurna milik orang Jawa. Dipahami bahwa kita perlu kesabaran yang tinggi, ketelitian, tidak terburu-buru, dan tidak sembrono. Hal itu dikarenakan ketika kita memasak gudeg, kita membutuhkan kesabaran yang cukup tinggi dalam mengaduknya.
Niten atau titeni adalah sebuah aktivitas yang mencari sebuah kejelasan dari suatu kegiatan melalui pengamatan secara jeli dan mendalam. Ilmu niten inilah yang sering digunakan dalam membuat gudeg. Peracik harus melihat, mengamati, menghapal, dan menandai proses memasak yang baik dalam membuat gudeg.
Gudeg sering ditemani dengan makanan pendamping lainnya yaitu sambal krecek, telur bacem, tahu bacem atau ayam bacem, bahkan ayam opor sebagai pelengkap. Disajikan dengan nasi putih hangat akan terasa semakin lezat. Ada juga tambahan lainnya, yakni sambal untuk pecinta masakan pedas.
Penulis: Anastasya Novianti Sanusi
Sumber: dari berbagai portal berita
Sumber gambar: Wikipedia
Editor: Mayang Luh Jinggan