Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh PT Pertamina (Persero) bukan lagi isapan jempol belaka. Sempat naik kemudian turun, pemerintah akhirnya mantap menaikkan harga BBM pada Sabtu, 3 September 2022, pukul 14.30.
Semula harga Pertalite yang hanya Rp 7.650 sekarang naik menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800, dan Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Setiap tahunnya masalah ini tak pernah usai diperdebatkan, terus saja berulang seolah tak akan ada solusinya. Kenaikkan BBM tahun ini fantastis dan menimbulkan banyak kerugian bagi seluruh lapisan masyarakat. Lagi-lagi minyaklah sumber permasalahan di negeri ini, setelah sebelumnya digoncang oleh kenaikan harga minyak goreng.
Faktanya Indonesia sendiri adalah penghasil minyak mentah terbesar ke-9. Dilansir oleh data Trading Economic, produksi minyak mentah di Indonesia telah masuk 10 besar di antara negara G20 lainnya dengan jumlah produksi minyak mentah sebanyak 644 ribu barel per hari periode September 2021. Hanya berselang satu tahun, harga minyak di Indonesia justru naik di tengah gempuran turunnya harga minyak mentah dunia..
Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan Indonesia, menerangkan bahwa meskipun harga minyak mentah mengalami penurunan, rata-rata harga acuan minyak mentah nasional atau ICP relatif masih tinggi.
Beliau menambahkan, jika harga ICP turun hingga ke level 90 dolar AS per barel, rata-rata harga tahunan ICP masih berada pada kisaran 98,8 dolar AS per barel. Itu artinya, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, jika harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
“Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 dolar AS (per barel), maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 dolar AS (per barel),” imbuh Sri Mulyani (4/9/2022).
Dampak Kenaikan Harga BBM
Sebagai generasi muda terutama mahasiswa harus tahu dan mengkritisi kenaikan harga BBM bersubsidi ini. Mengapa demikian? Dampaknya bukan hanya pada mahalnya bensin yang kita beli sehingga berpengaruh dengan jarak yang kita tempuh saat berkendara.
Lebih jauh lagi, naiknya harga BBM kedepannya akan menimbulkan inflasi dimana harga bahan pokok akan ikut naik, akibat naiknya biaya transportasi.
Selain itu, BBM adalah hal yang vital dimana penggunaannya melibatkan seluruh kegiatan operasional perusahaan. Apabila terus mengalami kenaikan harga, biaya produksi suatu barang juga akan ikut naik.
Hal ini memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan karena perusahaan berusaha meminimalisir biaya operasional. Akibatnya, angka pengangguran di Indonesia akan semakin tinggi dan menaikan tingkat kemiskinan.
Cara menyikapi harga BBM yaitu dengan mengurangi perilaku konsumtif dan mencoba menggunakan fasilitas umum, sayangnya fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah juga belum memadai secara merata dan hanya terfokus di kota besar.
Barangkali, kenaikan harga BBM bisa jadi tidak terlalu berpengaruh apabila pembangunan fasilitas umum sudah merata, sehingga mereka bisa mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Kenyataannya, sebagian besar masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai pengemudi ojek online membutuhkan bahan bakar berupa bensin dan menggantungkan hidupnya pada sektor ini untuk menafkahi keluarganya.
Mungkin saja, bagi masyarakat kalangan menengah ke atas kenaikan BBM ini tidak terlalu berdampak. Namun, realitanya pada masyarakat menengah ke bawah kenaikan BBM ini sangat berdampak dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Penulis: Aninda Ratna Ghifarani
Editor: Mayang Luh Jinggan
Gambar: Aninda Ratna Ghifarani
Sumber: Kompas.com