Kepada sang petualang, bagaimana kabarmu sekarang?
Aku harap sepimu sudah tak lagi menjadi beban.
Metropolitan semakin ramai, aku rasa kau betah berada disana.
Malam yang tak lagi kau habiskan sendiri, pasti membuatmu enggan untuk berpaling sedikit saja.
Petikan gitar yang dulu terasa hambar, kini berangusur lebih bernyawa.
Apa tak ada sedikit rindu padaku? Wahai sang petualang?
Aku rindu dengan gitar yang kau gunakan untuk bersenandung.
Ketika malam datang, aku menanti kau pulang kembali ke kotamu.
Akan ku suguhkan semua yang tak dimiliki metropolitan.
Apa yang kau butuhkan?
Kehangatan? Rasa cinta ? atau kasih? Aku akan beri banyak dan semampuku.
Bahkan akan ku beri tanpa tersisa untukmu.
Tapi, apa kau tak cukup lelah? Memutuskan pergi, lalu tak pernah sama sekali menengokku?
Sejahat dan kejam itu’kah, metropolitan menawarkan kebahagiaan?
Hingga kau benar lupa, dengan segala rindu yang tak kau tuntaskan di kotamu?
Apa kau juga lupa, ada luka yang belum kau sembuhkan tersebab kepergianmu?
Ternyata, memang sekejam dan sejahat itu metropolitan mengubahmu.
Aku pikir, ketika kau mengenal metropolitan kau akan mengerti arti rindu pada kotamu.
Ternyata, langkahmu semakin jauh meninggalkan kotamu.
Tak apa, aku siap kau lupakan dan aku siap terluka.
Tapi, aku juga siap menjadi rumahmu kembali untuk kedua kalinya.