Hari Jurnalis Internasional Mengenang Peran Jurnalis di Garis Depan

Hari Jurnalis Internasional Mengenang Peran Jurnalis di Garis Depan

Setiap tanggal 19 November, dunia memberi ruang khusus untuk mengenang sekaligus menghargai para jurnalis yang selama ini telah bekerja menjaga informasi publik. Profesi ini menuntut ketelitian, kecepatan, serta keberanian menghadapi situasi yang sering tidak menentu. Banyak jurnalis bekerja di balik tekanan waktu dan risiko keselamatan, sementara publik hanya melihat hasil akhir berupa berita yang siap dibaca.

Peringatan Hari Jurnalis Internasional ini mulai dikenal sejak tahun 2002 sebagai bentuk penghormatan bagi jurnalis yang menjadi korban kekerasan saat menjalankan tugas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan dukungan pada tahun 2010 untuk memperkuat perhatian global terhadap keselamatan pekerja media. Momentum ini menegaskan bahwa kebebasan pers dan perlindungan jurnalis adalah bagian penting dari demokrasi modern.

Sejarah jurnalistik sendiri sudah ada sejak lama bahkan sebelum istilah “jurnalistik” dikenal seperti sekarang ini. Praktik jurnalistik diperkirakan mulai muncul pada masa Romawi Kuno, tepatnya melalui Acta Diurna. Sejak peradaban kuno, manusia sudah memiliki kebutuhan untuk mencatat dan menyebarkan informasi publik sebagai cara memahami peristiwa di sekitar mereka.

Kemunculan Acta Diurna inilah yang menjadi penanda, yaitu lembaran harian yang dipublikasikan sekitar tahun 100–44 SM. Dokumen ini biasanya dipajang di ruang publik dan berisi catatan mengenai keputusan pemerintah, kejadian penting, hingga agenda sosial. Meski formatnya sederhana, Acta Diurna sering dianggap sebagai salah satu cikal bakal konsep berita modern. Selain itu, ada tradisi Bulletin di Dinasti Han, Tiongkok, yang digunakan sekitar tahun 206 SM hingga 220 M. Catatan ini memuat informasi penting pemerintahan dan menjadi salah satu bentuk terdokumentasi dari penyebaran informasi publik pada masa itu.

Mengutip dari Detik.com, data Committee to Protect Journalists yang mencatat lebih dari 1.471 jurnalis meninggal dunia sejak tahun 1994 ketika meliput di lapangan. Angka ini menunjukkan besarnya risiko yang dihadapi para jurnalis, terutama yang melapor dari wilayah berkonflik, daerah bencana, atau situasi sosial yang tidak stabil. Meski begitu, jurnalis tetap menjalankan tugasnya demi memastikan masyarakat tetap mengetahui kondisi sebenarnya, meski informasi itu diperoleh melalui proses yang panjang dan penuh tekanan.

Peran jurnalis tidak berhenti pada penyampaian berita. Tugas mereka berkaitan dengan menjaga kualitas ruang publik melalui laporan yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Jurnalis menjadi penghubung antara masyarakat dan berbagai peristiwa yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Informasi yang tersaji membantu publik memahami konteks suatu isu serta mempertimbangkan keputusan yang mungkin berdampak pada kehidupan mereka.

Dukungan masyarakat memberikan pengaruh besar terhadap keberlanjutan kerja jurnalistik. Apresiasi atas karya jurnalistik, penghormatan terhadap kebebasan pers, dan pemahaman terhadap tantangan di lapangan menjadi bentuk dukungan yang berarti. Perlindungan hukum juga menjadi bagian penting agar jurnalis dapat bekerja tanpa intimidasi atau ancaman yang menghambat tugas mereka.

Peringatan Hari Jurnalis Internasional ini menjadi pengingat bahwa informasi yang kita terima setiap hari lahir dari kerja yang tidak selalu mudah. Jurnalis berperan memastikan demokrasi tetap hidup melalui keterbukaan informasi. Menghargai mereka berarti menjaga agar cahaya informasi tetap menyala di tengah dinamika kehidupan publik.

Penulis : Yuriken Dewi

Editor : Annisa Cardina

Dokumentasi : Freepik.com

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: