Disitu kau berdiri nona
Di bawah cakrawala kau bercahaya
Matanya bagai jendela jiwa
Namun mulut tak bisa bersuara
Nona, tidakkah kau lelah?
Kuatkah kau saat badai menerpa?
Membawa luka yang enggan usang
Menyeret harapan dari tanah yang fana
Nona dibuang
Nona dikekang
Nona dilarang
Nona terbelakang
Nona tak ada lagi duka
Nona tak ada lagi luka
Nona merintih dengan kekuatan
Bibirnya mengeja luka menjadi doa
Kini enggan ditindas oleh belenggu
Nona kau sungguh nampak tangguh
Terus bangkit, menatap abu
Menyulam hari dengan benang keluh
Makna puisi ini adalah kisah pilu perempuan demi menyuarakan kesetaraan. Ada banyak luka, penderitaan, penghinaan, dan keterpurukkan yang dialami oleh perempuan dalam menyuarakan hak mereka. Rintihan yang terdengar bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan tersembunyi untuk terus melawan ketidakadilan. Demi mewujudkan harapan dan mimpi, perempuan harus berani bersuara dan melawan orang-orang yang membuat mereka tertindas dan tidak berdaya. Rintihan kekuatan itu tidak akan pernah padam.
Penulis: Marscheila Virghinie Arauna
Editor: Shazia Mirza