Novel Hello Salma, Ketika Dua Dunia Bertemu dan Menyembuhkan

Novel ini berkisah tentang jalinan asmara klise antara Nathan, seorang siswa berandalan, dan Salma, murid teladan, yang terjalin di tengah isu kesehatan mental, penerimaan diri, dan tekanan orang tua.

Hubungan mereka diawali dengan pembelaan Nathan terhadap Salma dari perundungan, namun berakhir dengan perpisahan akibat kesalahpahaman dan ego masing-masing.

Perpisahan ini menjadi titik balik bagi Nathan yang kemudian bertemu Rebecca, seorang gadis dengan masalah mental yang mendalam. Tergerak oleh masa lalunya, Nathan berteman dan membantu Rebecca mendirikan komunitas ‘Love Yourself’ sebagai wadah dukungannya. 

Sementara itu, Salma menghadapi tekanan berat dari ayahnya yang menginginkannya kuliah di Kedokteran UI (Universitas Indonesia). Pertemuannya dengan Rebecca secara tiba-tiba membuka jalannya untuk bergabung dengan komunitas ‘Love Yourself’, tempat ia menemukan dukungan dan menyadari bahwa ia tidak sendirian.

Takdir mempertemukan kembali Salma dan Nathan, dan mereka pun berbaikan, dengan Nathan menyadari apa yang Salma hadapi belakangan ini.

Puncak konflik terjadi ketika Salma kabur dari rumah dan mencari perlindungan pada Rebecca. Dengan dukungan Nathan, Rebecca menghadapi ayah Salma dan menjelaskan kondisi putrinya.

Akhirnya, hati ayah Salma luluh, menyadari pentingnya kebahagiaan dan kesehatan mental Salma. Ia merestui pilihan Salma untuk kuliah di Sastra UI dan hubungannya dengan Nathan.

Novel ini secara efektif menggambarkan dinamika hubungan remaja yang penuh gejolak, namun juga menyoroti isu kesehatan mental yang seringkali terabaikan. Karakter Rebecca hadir sebagai representasi pentingnya dukungan sebaya dan ruang aman untuk berbagi cerita.

Tekanan orang tua terhadap pilihan hidup anak juga menjadi poin krusial dalam cerita ini, mengingatkan akan pentingnya komunikasi dan pemahaman dalam keluarga.

Meskipun alur cerita terkadang terasa dramatis, pesan yang disampaikan tentang penerimaan diri, pentingnya dukungan sosial, dan kebebasan dalam memilih jalan hidup sangat relevan.

Novel ini mengajak pembaca untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental diri sendiri dan orang lain, serta menghargai setiap individu dengan keunikan dan pilihan hidupnya.

‘Love Yourself’ dalam konteks novel ini bukan hanya sekadar nama komunitas, tetapi juga menjadi inti pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Penulis: Hilyana Arieandhien
Editor: Shazia Mirza
Dokumentasi: Youtube Rapi Films

Related Post

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: