Madu adalah salah satu makanan alami yang memiliki keistimewaan luar biasa, yaitu tidak pernah basi atau kedaluwarsa. Fenomena ini telah menarik perhatian banyak orang, terutama ketika ditemukan madu dalam kondisi baik meskipun sudah disimpan selama bertahun-tahun.
Madu memang istimewa karena nyaris tidak bisa rusak atau basi. Berikut penjelasan ilmiah alasan madu memiliki keunikan ini.
Dikutip dari website resmi Eatingwell, madu terdiri dari sekitar 80% gula (fruktosa dan glukosa) dan hanya sekitar 18% air. Konsentrasi gula yang sangat tinggi ini menciptakan lingkungan yang disebut tekanan osmotik. Tekanan ini sangat efektif menarik air dari mikroorganisme (bakteri dan jamur) yang mungkin masuk ke dalam madu, sehingga mereka tidak bisa bertahan hidup atau berkembang biak.
Kadar air yang rendah pada madu membuatnya menjadi tempat yang sangat tidak ramah bagi mikroba. Sebagian besar bakteri dan jamur membutuhkan air untuk tumbuh. Tanpa cukup air, mereka tidak bisa bertahan hidup, sehingga madu tidak mudah rusak.
Madu memiliki tingkat keasaman (pH) antara 3,2 hingga 4,5. Lingkungan asam ini semakin menyulitkan mikroorganisme untuk tumbuh. Kombinasi gula tinggi, air rendah, dan keasaman membuat madu sangat stabil secara alami.
Lebah menambahkan enzim glukosa oksidase ke dalam nektar saat membuat madu. Enzim ini, saat bereaksi dengan air, menghasilkan hidrogen peroksida atau zat yang dikenal sebagai antimikroba alami. Selain itu, madu juga mengandung asam glukonat yang membantu mencegah pertumbuhan mikroba.
Penemuan arkeologis menunjukkan madu yang berusia ribuan tahun di makam Mesir masih dapat dimakan! Ini membuktikan betapa luar biasanya daya tahan madu. Secara teknis, madu tidak memiliki tanggal kedaluwarsa. Selama disimpan dengan benar (dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan gelap), madu bisa bertahan tanpa batas waktu.
Jika madu mengkristal, itu bukan tanda madu rusak, melainkan proses alami akibat kandungan gula yang tinggi. Cukup rendam wadah madu dalam air hangat untuk mengembalikannya ke bentuk cair.
Penulis: Cantika Caramina
Editor: Shazia Mirza
Sumber: Eatingwell
Dokumentasi: Pixabay