Pesatnya perkembangan teknologi yang mempengaruhi kehidupan yang tidak dapat lepas dari smartphone, membuat para remaja menjadi mudah terpapar dengan informasi melalui jaringan internet terutama dalam bersosial media, termasuk Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang dan pelajar SMKN 10 Semarang. Hal ini mempengaruhi cara berinteraksi dalam etika digital, lantaran semakin banyaknya komentar yang tidak sepatutnya terjadi di platform sosial media seperti Instagram, TikTok bahkan YouTube. Hal ini juga mengakibatkan Indonesia mendapatkan julukan sebagai “Netizen Tidak Sopan Se-Asia Tenggara” berdasarkan laporan Digital Civility (DCI) pada tahun 2022 dalam kategori hoax, penipuan dan ujar kebencian.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) mengajak SMKN 10 Semarang dalam kampanye bertemakan Literasi Digital “Building Ethical Citizen” untuk menjadi warga netizen yang baik agar tidak meningggalkan jejak digital yang sulit bahkan tidak bisa dihapus dengan mudah. Mahasiswa Ilmu Komunikasi UDINUS melaksanakan kampanye ini pada Kamis, 28 November 2024 di Aula SMKN 10 Semarang dengan tujuan mengedukasi remaja agar selain untuk menjaga jejak digital, sebaiknya lebih bijak dalam menggunakan sosial media. Hal ini sebagai dampak eratnya hubungan teknologi dan remaja yang lebih meluangkan banyak waktu di dunia maya dibandingkan berinteraksi langsung di dunia nyata.
Dalam kampanye ini, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UDINUS menggandenng Okky Maria, M.Si yang merupakan dosen Layanan Kualitas Prima di UDINUS Semarang sebagai narasumber pada acara “Building Ethical Citizen”. Beliau menyampaikan bahwa sebagai generasi muda memang sudah sepatutnya terbuka dalam banyak hal dan tidak hanya sudah melek akan teknologi tetapi harus tetap waspada akan jejak digital yang ditinggalkan di platform sosial media serta memiliki etika digital yang baik dan benar agar dapat merubah julukan Indonesia sebagai netizen tertidaksopan se-Asia Tenggara. Beliau juga menyampaikan dengan peningkatan internet yang pesat, maka sekarang hal yang melibatkan digital juga dilindungi Undang-Undang Indonesia oleh karena itu sebagai citizen dalam dunia maya jangan mudah terpengaruh dengan konten yang negatif atau hanya fokus terhadap konten yang sedang viral untuk mendapatkan “attention” akan tetapi perhatikan juga dalam sisi undang-undangnya. “Hanya karena semua orang bebas memiliki smartphone bukan berarti bebas juga dalam merekam atau mengambil foto kemudian disebarkan di media sosial.” Tambah Beliau. Tidak mudah terpengaruh dengan konten dan wajib memiliki etika adalah kunci dalam bermain media sosial sebagai netizen yang memiliki tanggungjawab dan wajib dijaga dimulai sekarang, bahkan sedini mungkin yang dimulai dari ketika mengenal gadget atau smartphone.
Mahasiswa UDINUS melakukan FGD bersama untuk pembuatan konten
“Building Ethical Citizen” merupakan task untuk project team dalam melaksanakan mata kuliah Public Relation dimana Mahasiswa Ilmu Komunikasi UDINUS berkampanye dengan mengangkat Literasi Digital sebagai tema. Target dalam team project ini ialah untuk pelajar SMA khususnya di Semarang. Tema ini menjadi topik yang menarik lantarannya dunia digital telah menjadi “kebutuhan primer” bagi para remaja hingga menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Sebagai Gen Z yang tumbuh dan berkembang dalam dunia digital, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UDINUS yang tidak hanya mempelajari perkembangan digitalisasi, juga memiliki keterampilan dalam berpikir kreatif dan kritis sehingga mewujudkan kampanye Literasi Digital dengan mengangkat tema “Building Ethical Citizen” agar mengajak generasi yang lebih muda bersama-sama menuju Indonesia dengan etika digital yang baik dengan tujuan menurunkan jumlah angka sebagai “Netizen Terjulid” di Asia Tenggara.
Rangkaian acara “Ethical Building Citizen” tidak hanya mengajak agar remaja lebih sadar akan jejak digital, membuat konten yang bermanfaat, mulai berkomentar dengan baik, dan mengenal akan bersosial media dilindungi dalam Undang-Undang Indonesia, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UDINUS juga berkolaborasi dengan pelajar SMKN 10 Semarang membuat konten bersama dalam Focus Group Discussion (FGD) sebagai interaksi untuk saling mengenal dan berbagi pengalaman serta saling bertukar pikiran dalam pembuatan konten. Pembuatan konten dalam kolaborasi ini ialah “Do” and “Don’t” dalam media sosial dengan etika yang baik dan benar dengan harapan dapat memberikan kesadaran pada remaja agar lebih fokus membuat konten yang positif dan mendidik agar tidak memicu, maupun menyinggung emosi individu melakukan perilaku tidak sopan dalam interaksi di sosial media.
Penulis: Tim Jaga Warkom
Editor: Annisa Cardina
Dokumentasi: Tim Jaga Warkom