Indonesia merupakan negara yang beragam. Ada berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya yang hidup berdampingan dalam perbedaan. Keberagaman ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaan budaya yang istimewa. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan adat istiadatnya sendiri, yang mencerminkan kearifan lokal dan sejarah panjang dari bangsa ini. Salah satunya adalah perayaan Waisak, yang dirayakan oleh umat Buddha di Indonesia.
Perayaan Waisak memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Buddha. Selain menjadi waktu untuk merenungkan ajaran Buddha, perayaan ini juga menampilkan berbagai tradisi khas yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Waisak bukan hanya menjadi momen spiritual yang mendalam bagi umat Buddha, tetapi juga menunjukkan bagaimana keberagaman agama dan budaya di Indonesia saling berkolaborasi sehingga dapat menarik perhatian masyarakat luas.
Ada apa saja ya? Yuk intip 5 fakta menarik seputar perayaan Waisak berikut ini!
- Sejarah
Hari Suci Waisak adalah perayaan yang rutin dirayakan oleh umat Buddha untuk memperingati Buddha Gautama, juga dikenal sebagai Siddhartha Gautama, seorang Guru Agung pada sekitar abad kelima Sebelum Masehi (SM) di wilayah timur laut India. Buddha Gautama mengajarakan bahwa kekayaan tidak menjamin kebahagiaan. Pada usia 29 tahun, beliau meninggalkan istana dan bertapa, hingga pada usia 35 tahun mendapatkan pencerahan di bawah pohon Bodhi di India. Sang Buddha kemudian mengajarkan Dharma kepada umatnya.
Nama Waisak sebenarnya berasal dari Bahasa Pali “Wesakha” yang berhubungan erat dengan kata “Waishakha” dalam bahasa Sanskerta, bahasa kuno India dari Indo-Arya rumpun bahasa Indo-Eropa. Perayaan Hari Waisak melaksanakan tiga peristiwa penting bagi umat Buddha yang disebut dengan Trisuci Waisak, seperti peristiwa kelahiran, penerangan agung, dan kematian Siddhartha Gautama bertepatan di tanggal yang sama, saat bulan purnama di bulan Mei.
Pertemuan pertama membahas Persekutuan Buddhis Sedunia atau dikenal dengan World Fellowship of Buddhists yang diselenggarakan di Sri Lanka tahun 1950 untuk memutuskan perayaan Waisak sebagai hari lahir Buddha secara serentak di beberapa negara. Di Indonesia, Hari Suci Waisak pertama kali dilakukan pada zaman Sriwijaya dan Majapahit.
2. Tradisi
Sebelum hari Waisak tiba, umat Buddha menjalankan ritual mandi, yaitu membersihkan patung Siddharta (Sang Buddha). Ritual ini bertujuan untuk menyucikan hati dan pikiran. Tradisi ini dilakukan di Vihara, tempat beribadah umat Buddha. Para umat harus antre untuk melakukan ritual ini dan prosesinya disertai dengan doa yang dibacakan oleh biksu, supaya para umat ikut serta dalam memandikan patung tersebut.
Pada Hari Waisak, umat Buddha menyalakan lilin yang berbentuk bunga lotus. Lilin tersebut melambangkan upaya mengusir kegelapan dunia. Bunga lotus sendiri, yang mampu hidup di air keruh, diyakini dapat memperindah dunia. Selain itu, ada tradisi pelepasan lampion di Candi Borobudur, Jawa Tengah, yang dihadiri oleh biksu dan masyarakat. Tujuan menerbangkan lampion ke langit adalah agar doa-doa dan harapan mereka lebih mudah terwujud karena dekat dengan langit. Ada juga ritual lainnya yang tidak kalah penting dijalankan oleh umat Buddha yakni membakar kertas atau dupa dan upacara memanjatkan doa.
3. Makanan Khas Hari Raya Waisak
Seperti perayaan hari besar keagamaan lainnya, Hari Suci Waisak juga memiliki makanan khas yang sering disajikan oleh umat Buddha. Makanan-makanan ini dihidangkan untuk merayakan Waisak di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Tempoyak khas Melayu yang dapat ditemukan di Jambi, Nasi Gemuk khas Jambi, Kue Burgo khas Palembang, Nasi Lesah khas Magelang, dan Mangut Beong khas Magelang.
Nah, ternyata kelima makanan tersebut hanya di beberapa tempat saja yang menjadikannya makanan khas Waisak. Ada yang udah pernah cobain?
4. Tempat Berlangsungnya Hari Suci Waisak di Indonesia
Perayaan Waisak juga diadakan di berbagai daerah di Indonesia, bukan sekadar di Candi Borobudur saja. Beberapa tempat di antaranya adalah Candi Bahal di Sumatra Utara, Vihara Seribu Patung di Kepulauan Riau, Candi Muaro Jambi di Jambi, Vihara Vajra Bumi Kertayuga di Kalimantan Barat, Vihara Ekayana Arama di Jakarta, Vihara Buddhagaya Watugong di Semarang, Candi Sewu di Yogyakarta, Maha Vihara Majapahit di Mojokerto, Vihara Buddha Sakyamuni di Bali, dan Brahma Vihara Arama di Bali.
Tempat-tempat tersebut juga ada yang menjadi destinasi wisata loh. Dari kesepuluh tempat tersebut, kalian udah pernah ke tempat yang mana nih?
5. Biksu Thailand ke Candi Borobudur dengan jalan kaki
Sejumlah 32 biksu atau bhante melakukan perjalanan religi yang disebut Ritual Thudong, dari Thailand hingga Candi Borobudur untuk merayakan Hari Suci Waisak tahun 2023 lalu. Ritual Thudong ini ditempuh dengan berjalan kaki puluhan kilometer. Puluhan biksu itu ternyata tidak hanya berasal dari Thailand saja, beberapa biksu Asia Tenggara, dari Singapura, Malaysia, dan Indonesia, turut serta mengikuti rombongan tersebut.
Dalam perjalanannya, para biksu tidak membawa uang sehingga kebutuhan para biksu dibantu oleh umat Buddha dari berbagai daerah. Mereka memberikan sepasang sandal, makanan, minuman, dan bahkan residensi secara sukarela. Tak hanya umat Buddha yang memberi fasilitas tersebut, umat beragama lainnya juga turut menyambut para biksu dengan hangat.
Nah, itulah kelima fakta menarik seputar Perayaan Waisak. Semoga dapat menambah wawasan kalian terhadap toleransi beragama dan budaya yang ada! Selamat merayakan Hari Raya Waisak.
Penulis: Aiska Muti Salsabila
Sumber gambar: Gramedia.com, Kompas.TV, katadata.co.id, Idntimes.com, homecare24.id, dan konfrontasi.com.
Sumber informasi: Kompas.com dan Idntimes.com.
Editor : Aninda Ratna Ghifarani