Menyambut hari jadi Kota Semarang yang ke-477, Pemerintah Kota Semarang, yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menggelar serangkaian acara yang diharapkan bisa berguna dan dapat menghibur para warga Semarang maupun luar kota yang berpartisipasi dalam acara tersebut.
Serangkaian acara tersebut meliputi Upacara Hari Jadi Kota Semarang ke-477 yang diadakan pada hari Kamis, 2 Mei 2024 di Halaman Balaikota Semarang. Kemudian, ada Semarang Introducing Market yang berlangsung dari hari Jumat hingga Minggu, 3-5 Mei 2024 di Lapangan Pancasila Simpang Lima. Selain itu, terdapat Pagelaran Wayang Kulit yang digelar pada hari Jumat, 3 Mei 2024 di Lapangan Pancasila Simpang Lima, bersamaan dengan acara Kenduri Seni yang diadakan di Lapangan Tlogomulyo, Pedurungan. Acara lainnya yaitu Semarang Job Fair yang digelar pada hari Jumat-Sabtu, 3-4 Mei 2024 di Sentraland Mall.
Acara puncaknya yaitu Semarang Night Festival dengan tema ‘Niscala’ diselenggarakan pada hari Sabtu, 4 Mei 2024 yang terbagi menjadi dua sub-acara, yaitu Niscala Fest 2024 di Balaikota Semarang dan Wayang on the Street yang dimulai dari Balaikota sampai Lapangan Pancasila Simpang Lima.
Acara ini dimulai dengan Niscala Fest 2024 di Balai Kota. Niscala, berarti kokoh dan kuat, diharapkan dapat memperkuat Semarang menjadi kota yang lebih kokoh, kuat, dan hebat. Niscala mencerminkan solidaritas dan kolaborasi antara warga dengan Pemerintah Kota Semarang untuk terus memajukan kota ini. Acara ini dibuka oleh dua pembawa acara yang mengenakan kostum hitam dengan hiasan Burung Enggang di salah satu kepala pembawa acara dan hiasan berwarna emas di kepala lainnya. Sementara menunggu kedatangan Walikota Semarang, Dr. Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu, M.Sos. atau yang akrab disapa ‘Mbak Ita’ beserta dengan jajarannya untuk membuka acara Semarang Night Festival, ada hiburan dangdut dari Dewandaru, di mana salah satu penyanyi perempuannya juga bertugas sebagai pembawa acara Niscala Fest 2024.
Setelah Mbak Ita naik ke panggung, Komandan Batalyon Drum Corps Pelopor Cendrawasih Akademi Kepolisian Kota Semarang memberikan laporan kepada Mbak Ita mengenai rangkaian pembukaan acara. Drum Corps Pelopor Cendrawasih Akademi Kepolisian terdiri dari 250 taruna-taruni Akademi Kepolisian Kota Semarang. Mbak Ita membuka acara dengan mengibarkan bendera kotak-kotak hitam putih. Kemudian, para personil drum corps dan para anggota empat defile, yaitu Defile Warak Ngendhog, Defile Elang Jawa, Defile Barongsai dan Defile Rewandha berurutan untuk menampilkan kostum mereka dengan rute mulai dari Balaikota, Jl. Pemuda, Jl. Pandanaran, hingga berakhir di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang.
Keempat defile tersebut melambangkan empat unsur kebudayaan, yaitu pertama, ada Warak Ngendhog yang menjadi ikon Ibu Kota Jawa Tengah. Warak Ngendhog sudah menjadi warisan budaya tak benda oleh Kemendikbudristek. Kedua, Elang Jawa yang habitatnya masi terjaga. Elang Jawa sengaja diangkat agar semua pihak bisa terus menjaga dan melestarikan. Ketiga, budaya akulturasi Kota Semarang yakni Barongsai. Barongsai dibawa oleh etnis Tionghoa ke Indonesia dan kini sudah menjadi salah satu bagian dari budaya Kota Semarang dalam mempererat toleransi. Keempat, ada Rewanda yang mengingatkan perjuangan Sunan Kalijaga mencari kayu jati di Goa Kreo untuk membangun Masjid Demak. Sunan Kalijaga dibantu oleh empat ekor monyet untuk menjaga kayu jati.
Mbak Ita menyatakan bahwa keempat budaya ini diangkat juga dalam rangka mempromosikan keberagaman dan pariwisata Kota Semarang. Acara semakin meriah dengan kehadiran peserta dari daerah lain seperti Tabalong Kalimantan Selatan, Salatiga, dan Grobogan, serta tamu undangan dari luar negeri, termasuk Korea Selatan.
Ketika diwawancarai mengenai Semarang Night Carnival di Balaikota Semarang, salah satu pengunjung, Syesa Alfiani, berkomentar, “Aku nonton karena aku bukan asli sini dan sekarang sedang berkuliah di kota ini. Jadi, aku pengin lihat acara hari jadinya seperti apa dan ternyata sangat seru karena di sana kita bisa melihat pertunjukan parade dengan berbagai kostum dari wilayah Jawa Tengah dan berbagai aksi menarik lainnya dari polisi dan taruna muda, cukup menarik untuk dilihat karena menambah wawasan baru tentang kota yang kutinggali saat ini,” ungkapnya.
Setelah parade ini berakhir, petugas kebersihan dengan sigap membersihkan jalanan dari sampah yang ditinggalkan pengunjung. Kondisi lalu lintas seketika menjadi sangat ramai, baik dari pejalan kaki, motor, dan mobil. Ada pun segenap warga yang turut mengikuti parade hingga Lapangan Pancasila Simpang Lima.
Penulis: Shazia Mirza dan Aiska Salsabila
Foto: Muhammad Amien Ramadhan
Editor: Yiyis Juni S