Gaya hidup minimalis sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat, khususnya juga kaum milenial dan Gen Z. Minimalis merupakan gaya hidup dengan pengurangan penggunaan barang dan ruang sehingga lebih fokus pada hal yang memang diperlukan. Ringkasnya, pola hidup dalam kesederhanaan.
Menurut Joshua Becker, dalam buku Becoming Minimalist, minimalism adalah memiliki hal-hal yang dapat membuat kamu bahagia, dan menghilangkan hal-hal yang tidak menyenangkan. Gaya hidup ini dapat dimulai dari menentukan skala prioritas dengan membedakan mana yang sekedar keinginan dan mana yang menjadi kebutuhan, sehingga mencegah terjadinya penumpukan barang tidak terpakai yang nantinya dapat memenuhi ruangan.
Sikap yang bijak dalam melakukan controlling dan prioritizing memusatkan seorang minimalis untuk lebih memperhatikan kebermanfaatan barang. Sebaiknya, pembelian barang harus melihat kualitas dan fungsi jangka panjangnya, untuk menghindari pembelian secara berulang.
Masyarakat juga dapat menerapkan kegiatan re-use dan re-cycle. Dengan hal ini, seorang minimalis akan menghargai value barang dan lebih bijak dalam menggunakannya, serta dinilai dapat berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan sekitar. Perilaku berbelanja dan mengonsumsi barang dilakukan dengan lebih bertanggung jawab serta membuat hidup lebih hemat.
Selain untuk nilai keestetikan, ekonomi, dan kebaikan lingkungan, gaya hidup minimalis juga memiliki pengaruh pada kestabilan kesehatan mental seseorang. Karena, hidup minimalis dapat memberikan dampak pikiran yang lebih fokus dan tenang dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Minimalist lifestyle memiliki dampak positif seperti tersedianya space atau ruang yang lebih luas, hal ini menjadikan seseorang lebih nyaman dan tenang, tidak terdistraksi dengan barang disekitar yang menumpuk. Tidak ada penekanan pada suasana hati karena lingkungan sekitar yang teratur dan visual yang dihadirkan lebih rapi.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Applied Positive Psychology, seseorang dengan gaya hidup minimalis merasakan kesejahteraan yang lebih besar. Karena tidak perlu mengurus banyak barang, waktu dan energi juga banyak dialihkan untuk kegiatan yang lebih produktif seperti olahraga, me-time, dan belajar banyak hal baru.
Minimalist lifestyle secara tidak langsung mengarahkan seseorang untuk lebih memperhatikan dan menjaga keadaan di dalam diri. Tidak hanya sekedar mengurangi pemakaian barang-barang, tetapi juga membuka pikiran kita dan menciptakan perubahan dalam sudut pandang hidup manusia.
Dengan begitu, kemungkinan munculnya stress atau terganggunya kesehatan mental pada seseorang cenderung kecil karena mereka tidak menggebu-gebu berkeinginan memiliki semua barang, berfikir menggantungkan kebahagiaan melalui hak milik barang tersebut, seorang minimalis lebih fokus menjalani hidup menggunakan sesuatu yang bermanfaat dan sederhana, sehingga pembawaan dirinya lebih bebas dan bahagia.
Penulis: Cantika Caramina Gusma
Sumber gambar: lifehack.org
Editor: Aninda Ratna Ghifarani