Semakin dekatnya Pemilu 2024, membuat semakin dekatnya kita terhadap tahun politik. Pada tahun 2023, akan banyak manuver-manuver politik dari berbagai partai untuk mencuri perhatian masyarakat. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus siap dalam menghadapi tahun politik. Selain manuver dan pencitraan kepada rakyat, politikus juga akan memalukan aksi saling senggol-menyenggol terhadap lawannya.
Apalagi dengan keberadaan media digital dengan mudahnya membuat dan menyebarkan disinformasi, propaganda serta buzzer politik yang menyebarkan opini rayuan dalam media sosial.
Bahkan, tahun ini telah terjadi sentimen negatif terhadap partai politik disusul aksi senggol-menyenggol partai politik dengan adanya peristiwa kenaikan harga BBM dan tragedi kemanusiaan di Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Maka dari itu, kita harus siap dan berhati-hati dalam memilih calon legislatif maupun eksekutif. Janji manis dan pencitraan mereka bukanlah figur masa depan bangsa kita, melainkan pilihan kita dalam pemilu yang menjadi kondisi bangsa di masa mendatang dan tanggung jawab kita dalam pesta demokrasi kedepannya.
Oleh karenanya, dalam periode tahun politik hal-hal yang perlu kita siapkan dalam mempertanggung jawabkan negara dalam pesta demokrasi, yakni sebagai berikut.
Menyaring Informasi dan Hoax yang beredar
Dengan adanya media sosial, memudahkan penyebaran informasi dan perkembangan dunia. Namun, media sosial ibarat pisau bermata dua, karena mudah juga dalam melahirkan disinformasi dan berita palsu. Selain itu, media sosial juga menjadi sarana dalam berpolitik dalam mensosialisasi program kerja untuk menarik simpati publik melalui media digital. Terutama, kebanyakan generasi muda menggunakan media sosial khususnya mahasiswa sebagai segmentasi dalam kampanye politik dan penyebaran hoax di media sosial.
Berdasarkan data yang dirilis Kompas.com, Kamis (17/2/2022) pada pemilu 2014 kecenderungan sebaran informasi hoaks lebih pada mengubah persepsi masyarakat terhadap kandidat tertentu, serta menyerang kandidat dan fokus saling menjatuhkan kandidat. Tren disinformasi pun berlanjut pada pemilu 2019, namun terjadi pergesaran yakni bukan lagi menyerang kandidat tertentu, melainkan sasarannya pada penyelenggara pemilu. Sebaran informasi hoaks akan lebih masif pada tahun politik yang akan datang.
Oleh sebabnya, kita sebagai pengguna media sosial yang aktif harus dapat menyaring hoax-hoax yang beredar di media sosial. Juga tidak terpancing clickbait dari tajuk berita provokatif yang beredar. Kita harus selektif dan memverifikasi bahwa informasi yang beredar bukan merupakan hoax dengan menggli sumber aslinya. Selain itu, dapat membaca informasi dari sumber media informasi yang terpercaya dan terkenal. Jangan mudah percaya dengan informasi dari video durasi pendek karena biasanya tidak mencantumkan sumber dan besar kemungkinan bahwa informasi itu hoax.
Selanjutnya, kita sebagai generasi muda yang dapat menyaring disinformasi, kita dapat berperan penting sebagai edukator di media sosial dalam membendung dan mencegah disinformasi, berita palsu dan hoaks di tahun politik.
Mengecek Sepak Terjang Politikus yang Mencalonkan Diri
Pada tahun politik yang akan datang, kita harus mencari tahu sepak terjang dan latar belakang politikus yang mencalonkan diri. Ditambah adanya kelonggaran politikus dalam mencalonkan diri pada Pemilu 2024 dengan peraturan perundang-undangan tentang pemilu yang tidak mewajibkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyertakan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) saat mendaftar ke KPU.
Makanya, kita wajib menyaring calon-calon politisi yang akan menduduki kursi kekuasaan dengan mencari tahu latar belakangnya, seperti pernah melakukan tindak pidana, pernah melakukan tindak korupsi dan pernah bertindak provokatif dalam memecah-belah persatuan negara.
Dengan melakukan kedua hal tersebut, kita menjalankan peran kita sebagai generasi muda dalam bela negara dengan memberikan suara dan pilihan kita pada pesta demokrasi. Suara dan pilihan kita merupakan tanggung jawab kita pada kondisi bangsa di masa mendatang. Jangan sampai menyia-nyiakan suara kita pada pesta demokrasi, karena yang berdampak bukan hanya perorangan melainkan masyarakat dan tatanan negara tercinta.
Penulis: Mayang Luh Jinggan
Sumber: Kompas.com dan Kompasiana.com
Sumber gambar: Kompasiana.com
Editor: Maharani Sabila