Remaja masa kini atau biasa kita kenal dengan istilah “Gen Z” saat ini nampaknya sulit untuk melepaskan diri dari yang namanya gadget. Seolah-olah mereka memang sudah ditakdirkan bersama. Dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi rasanya mustahil bagi seorang Gen Z untuk satu hari saja tidak bertatap muka dengan gadget. Namun hal tersebut memang tak bisa terelakkan mengingat generasi yang lahir dari tahun 1995-2012 ini sudah sangat terpengaruh oleh adanya globalisasi dan berbagai kecanggihan teknologi.
Datangnya globalisasi semakin memudahkan kehidupan sosial dan budaya dari negara lain masuk ke dalam negeri. Maraknya penggunaan media sosial juga menjadi faktor pendukung seseorang untuk up to date tentang hal-hal yang sedang menjadi trend di dunia. Apalagi seorang Gen Z yang lebih cepat belajar dan paham teknologi menjadikan mereka satu langkah lebih maju.
Mulai dari gaya berpakaian, selera musik, hingga cara berbicara semuanya sudah terkena dampak dari globalisasi. Munculnya “bahasa gaul” menjadi salah satu contohnya. Istilah-istilah seperti jujurly, baper, bucin, gabut, dll tak jarang ditemui penggunaannya dalam aktivitas sehari-hari maupun di dunia maya. Bahkan mencampur kata-kata bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dalam suatu pembicaraan bukan menjadi hal baru ataupun aneh. Selain itu, hal yang sedang digandrungi oleh remaja masa kini yakni perihal K-pop ataupun K-drama. Demam budaya dari Korea Selatan tersebut sangat meledak di kalangan remaja. Bahkan tak hanya remaja, para orang dewasa juga tak sedikit yang menjadi peminatnya.
Namun apakah semua hal tersebut menjadi sesuatu yang buruk?
Belum tentu, karena pada akhirnya sebuah pilihan akan kembali ke masing-masing diri pribadi. Setiap individu pasti melihat adanya globalisasi ini dari sudut pandang yang berbeda. Salah satu cara agar tak terlena oleh adanya globalisasi yaitu dengan membekali diri dengan wawasan yang luas. Oleh karena itu, budaya literasi perlu untuk selalu ditingkatkan supaya kita, Gen Z, menjadi generasi yang cerdas dan berkualitas.
Kita para Gen Z tentu tak hanya menjadi penikmat saja dari adanya globalisasi. Sudah mulai banyak para anak muda yang membuka UMKM dengan mengangkat budaya lokal, semakin berkembangnya industri musik tanah air dengan munculnya para musisi muda berbakat, penggunaan busana batik yang dimodif sedemikian rupa agar tetap stylish dan kekinian, serta masih banyak lagi. Macam-macam contoh tadi menjadi bukti bahwa remaja masa kini tak selamanya terbawa arus globalisasi. Mereka dapat memanfaatkannya untuk berbagai kebaikan di dalam negeri. Selama kita dapat memilih dan memilah dengan baik berbagai kebudayaan yang masuk akibat adanya globalisasi, maka tak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Teruslah tumbuh menjadi pribadi dengan budi pekerti dan generasi muda penerus bangsa yang kelak akan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Penulis: Diaz Mulya Putri
Editor: Riska Marcela
Sumber gambar: Kompas.com