Setiap tanggal 28 April, kita selalu memperingati hari puisi nasional sekaligus mengenang wafatnya seorang penyair ternama di Indonesia yaitu Chairil Anwar. Beragam karyanya yang melegenda menjadikan Chairil dikenal oleh publik. Salah satunya yaitu puisi yang berjudul ‘Aku’, karya sastra tersebut di muat di salah satu majalah Timur dan dianggap sebagai puisi yang memiliki pengaruh besar pada angkatan 45.
“Sebagai orang pertama yang merintis jalan dan membentuk aliran baru dalam kesusastraan Indonesia, ia dapat dikatakan sebagai orang yang terbesar pengaruhnya dari Angkatan 45,” tulis Artati Sudirdjo seperti yang dikutip H.B. Jassin dalam Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956).
Artati Sudirdjo juga mengungkapkan bahwa sajak-sajak yang ditulis oleh Chairil ini menghembuskan jiwa, semangat dan cita-cita muda, bukan dalam arti tidak masak, masih hijau tapi dalam arti penuh hidup, dan mengenai bergerak dan menggerakkan. Dalam buku tersebut, HB Jassin juga menyebutkan bahwa Chairil Anwar setidaknya sudah menghasilkan 94 tulisan pada periode 1942 sampai 1949.
Puisi Chairil seperti para pejuang kemerdekaan di zamannya, juga berisi perlawanan dan semangat kemerdekaan. Di masa pendudukan Jepang, Chairil menulis tentang siksaan Kempeitai Polisi Rahasia Jepang dalam puisinya yang berjudul “Siap Sedia”.
Chairil yang dijuluki “Si Binatang Jalang” ini, lahir di Medan, 26 Juli 1922. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan suami-istri Toeloes dan Saleha. Ayah Chairil berasal dari Nagari Taeh, Kabupaten Limapuluh Kota dan sang ibu berasal dari Kota Gadang. Sejak kecil Chairil Anwar suka membaca. Saat masih duduk di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yaitu sekolah setara SD dan SMP, ia sudah membaca buku-buku yang diperuntukan bagi siswa Hoogere Burgerschool (HBS) yang saat itu sudah setara dengan SMA. Rasa cintanya pada dunia literasi membawanya bertemu dengan banyak sastrawan, seperti Subagyo Sastrowardoyo, H.B Jassin dan lainnya.
Pada 1946, Chairil Anwar menikah dengan Hapsah Wiriaredja, namun pernikahannya hanya mampu berjalan dua tahun yaitu sampai tahun 1948. Dari pernikahannya dengan Hapsah, ia dikaruniai seorang anak bernama Evawani Alissa. Setelah perceraiannya, ia tidak produktif lagi, kesehatannya semakin memburuk sehingga harus dilarikan ke Centrale Burgelijke Ziekenhuis (CBZ), kini bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Hingga pada 28 April 1949, Chairil Anwar menghembuskan nafas terakhir di umurnya yang belum genap 27 tahun karena sakit Tuberculosis (TBC) yang dideritanya.
Itulah mengapa setiap tanggal 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional sekaligus untuk mengenang wafatnya seorang penyair legenda Indonesia, Chairil Anwar.
Penulis: Riska Marcela
Editor: Indah Suryaningsih
Sumber berita: tirto.id
Sumber gambar: idntimes.com