Bergelut di dunia penyiaran atau broadcasting merupakan minat Rafi Fauzi dan Zhafira Alya. Rafi yang juga hobi fotografi ini pun sering mengasah kemampuannya dalam berbicara di kesehariannya. Pria kelahiran 23 Februari 2002 ini mengasah kemampuan berbicaranya melalui kegiatannya selama aktif berorganisasi menjadi ketua OSIS.
Selain itu, prestasi lain yang dimilikinya terlihat saat Rafi berhasil menjuarai Kenang dan Duta Wisata 2019. Miliki minat yang sama, Zhafira yang kerap disapa Alya ini pun juga meneruskan kuliahnya di jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Semarang (USM). “Saya memang sangat suka sekali untuk berbicara,” ungkap Alya yang juga sering menjadi MC ini.
Merasa memiliki minat ke arah yang sama, Rafi dan Alya pun mulai berkolaborasi untuk menciptakan karya podcast bersama. Tak ayal, perjuangan mereka pun mampu mengantarkan mereka hingga menjadi juara kedua dalam lomba Dinus Photowalk 6 kategori podcast dengan karya “Podcast Suara Semesta”. “Alasan saya memilih Zhafira Alya yaitu karena kami sudah klop dan memiliki chemistry yg bagus dalam kerja tim,” ungkap Rafi.
“Hubungan kami memang cukup erat karena dulu kami di organisasi yang sama, saya dibagian hubungan masyarakat (humas) dan Rafi sebagai Ketua OSIS, sehingga kami dituntut untuk mudah beradaptasi dalam organisasi,” ucap Alya.
Menurut mereka, chemistry memang menjadi poin penting dalam membuat suatu karya agar terlihat menyatu dan dapat menyampaikan pesan yang disampaikan. Dalam membangun chemistry antar keduanya, Alya pun mengaku kesulitan pada awalnya. “Kita kesulitan untuk menyelaraskan suara satu sama lain dan membangun chemistry satu sama lain karena kami juga masih sangat pemula,” terang Alya.
“Untuk membangun chemistry yang lebih baik, kita latihan dulu dengan cara ngobrol tentang masa masa kecil, dari situ kami bisa mulai mempelajari lebih dalam apa yang sebaiknya bisa dilakukan untuk ngobrol dalam podcast. Dari situ pula chemistry dan keselarasan suara kami bisa terjalin dengan baik,” lanjut Alya.
Rafi pun turut mengungkapkan kesulitan yang ia hadapi saat membuat podcast, “kesulitannya adalah ketika menghilangkan aksen medok yang melekat pada logat saya, sehingga saya juga terus menerus berlatih,” ungkap Rafi.
Kesulitan yang dialami keduanya juga terjadi saat memulai sesi rekaman, dimana noise (gangguan) suara yang sering mengganggu dikarenakan alat recorder yang mereka gunakan hanya menggunakan ponsel. Namun, semangat inilah yang membuat usaha mereka akhirnya berhasil.
Adapun persiapan yang disiapkan Alya adalah berusaha untuk menghindari terselip atau slip tongue saat berbicara. Namun, hal seperti itu bisa dicegahnya dengan cara senam mulut sambil mengucapkan huruf vokal atau berbicara banyak dahulu sebelum tampil atau sebelum lomba. “Hal itu bisa mengurangi kegugupan dan mencegah slip tongue,” ungkap Alya.
Mereka berharap, kemenangan ini dapat menjadi langkah baru bagi keduanya agar semakin termotivasi untuk melatih softskill dengan cara mengikuti lebih banyak lomba serupa lainnya.
Penulis: Almira Felicia Anjar