Di media sosial, banyak tersebar narasi tentang vaksin covid-19 yang bisa menimbulkan kesalah-pahaman. Tersiar narasi terkait penemuan vaksin covid-19 yang begitu cepat dari pada penemuan vaksin HIV, Kanker dan Flu biasa.
Narasi yang tersiar itu menyebut vaksin covid-19 ditemukan selama 1 tahun. Sementara, penelitian vaksin untuk HIV, Kanker dan Flu memakan waktu yang tahunan dan tidak membuahkan hasil.
Hal itu keliru, karena tidak dilengkapi dengan konteks yang tepat. Dikutip dari Kompas.com, ahli virologi menyatakan vaksin mRNA untuk Covid-19 dikembangkan lebih cepat karena teknologi yang digunakan itu dikembangkan sejak 2003 untuk jenis virus corona lain, seperti SARS dan MERS.
Kemajuan teknologi, sumber daya dan para ilmuwan turut mempercepat penemuan vaksin Covid-19. Penemuan vaksin HIV, kanker dan flu menghadapi sejumlah kendala yang berbeda dari penemuan vaksin Covid-19 itu sendiri.
Beredar narasi dari akun Facebook Michael Nelson pada Senin 14/12/2020 yang mengunggah status berisi perbandingan waktu penelitian pada vaksin HIV, Flu, kanker dan Covid-19.
Vaksin covid-19 disebut memakan waktu 1 tahun untuk ditemukan, dimana lebih cepat daripada penelitian vaksin untuk virus lain.
Berikut terjemahan dari status Michael Nelson
“Tidak ada vaksin selama HIV setelah 40 tahun penelitian. Tidak ada vaksin untuk flu biasa. Tidak ada vaksin untuk kanker setelah penelitian 100 tahun. Tidak ada. Sebuah virus muncul secara misterius dan dalam waktu satu tahun vaksin diciptakan dan kita diharap untuk menerimanya.
Narasi lain yang mirip juga dilontarkan di Facebook
Penjelasan
Ada beberapa perbedaan ketika mencari vaksin untuk Covid-19, HIV, flu biasa dan kanker.
Situs web healthline menjelaskan bahwa mengembangkan vaksin HIV sangat sulit karena berbeda dengan jenis lain.
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1984. Dikutip dari klikdokter.com, HIV bermutasi secara cepat dan memiliki cara unik dalam menghindari sistem pertahanan tubuh. Sedangkan vaksin dasarnya menargetkan virus dalam bentuk tertentu dan apabila virus berubah, maka vaksin kemungkinan tidak berfungsi lagi.
Selain itu, hampir tidak ada yang sembuh setelah terinfeksi HIV. Sehingga, para peneliti masih melakukan penelitian tentang vaksin pencegahan dan pengobatan HIV. Kebanyakan vaksin bersifat preventif, artinya dapat mencegah seseorang dari sakit.
Berkaitan dengan vaksin kanker, terdapat dua tipe, yakni vaksin kanker propilaktik dan vaksin terapetik yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker. Keduanya bekerja dengan cara yang berbeda. Dikutip dari Jurnal UI (Radji, Maksum) tentang Vaksin Kanker, bahwa saat ini vaksin kanker terapetik ditujukan untuk terapi kanker dan masih terus dikembangkan.
Di saat yang sama, menurut situs Very Well Health, juga sulit untuk mengembangkan vaksin flu biasa. Setidaknya ada 200 virus yang dapat menyebabkan gejala flu, termasuk rhinovirus, coronavirus, adenovirus, dan parainfluenza.
Faktanya, vaksin itu sendiri bekerja dengan menargetkan virus atau patogen tertentu. Sekitar 75% rhinovirus menyebabkan flu. Meski begitu, ada lebih dari 150 strain yang beredar dalam waktu bersamaan. Saat ini, tidak ada satu cara untuk mencegah semua strain yang dapat menyebabkan flu biasa.
Dengan demikian, keadaan ditemukannya vaksin untuk HIV, kanker, dan flu berbeda dari penemuan vaksin Covid-19. Dilansir dari Kompas.com, ahli virologi di University of Western Australia, Profesor Alison Imrie mengatakan, vaksin mRNA untuk Covid-19 telah dikembangkan relatif cepat karena teknologi yang digunakan sudah dikembangkan sejak 2003 untuk virus corona lain seperti MERS dan SARS.
Selain itu, menurut Imrie, dengan dukungan pemerintah, organisasi amal dan universitas di seluruh dunia telah melakukan penelitian dasar, dan sebagai hasilnya, ditemukan penerapan vaksin Covid-19 yang baru. Jill Carr, Profesor Mikrobiologi dan Penyakit Menular di Flinders University, menambahkan bahwa jumlah sumber daya, kemajuan teknologi, dan kolaborasi antar ilmuwan menjadi faktor yang memotivasi orang untuk menemukan vaksin Covid-19 untuk kemajuan pesat. Dia berkata: “Platform dasar dan jaringan ilmiah ini mempercepat pengembangan vaksin Covid-19, menyederhanakan proses penggabungan sains dasar dengan uji klinis, persetujuan regulasi dan manufaktur, dan membantu semua proses yang berbeda ini dalam bekerja sama. “
Kesimpulan
Melalui penelusuran kami, narasi tentang kecepatan penemuan vaksin Covid-19 dibandingkan dengan penemuan vaksin HIV, kanker dan flu adalah salah atau keliru karena kehilangan konteks. Pengembangan vaksin mRNA untuk Covid-19 tergolong cepat karena teknologinya sudah dikembangkan untuk melawan virus corona lain sejak 2003. Selain itu, penggabungan teknologi, sumber daya dan ilmuwan juga ikut mempercepat proses pengembangan vaksin covid-19, dimana faktor-faktor ini berbeda dengan studi vaksin untuk HIV, kanker, dan flu biasa.
Penulis: Safira Nur Ujiningtyas
Editor: Amrina Rosyada
Gambar: klikdokter.com