Hari kesaktian pancasila ditetapkan setelah peristiwa kelam 30 September 1965, peringatan duka atas gugurnya para perwira Angkatan Darat dalam tragedi berdarah 1965. Hari kesaktian pancasila bisa dimaknai dengan bermacam-macam tafsir untuk setiap orang, bisa dimaknai dengan menggali lebih dalam makna falsafah pancasila, atau pun dengan pemaknaan yang lain.
Instruksi pada tingkat pusat, dalam lampiran yang dapat diunduh pada laman berita Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kemendikbud, upacara hari kesaktian pancasila mengusung tema ‘Indonesia Maju Berlandaskan Pancasila’. Upacara pada tingkat pusat sendiri dilaksanakan di Monumen Pancasila Sakti, Jalan Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Pidato yang dilakukan oleh Mendikbud, Nadiem Makaraim, beliau mengajak masyarakat refleksi diri, lebih melihat betapa berarartinya pancasila bagi kita semua. Dan melihat makna-makna pencasila dalam setiap orang.
“Apa arti Pancasila bagi kita dalam kehidupan sehari-hari? Apa makna sila-sila Pancasila bagi seorang pemimpin, seorang pekerja, seorang guru, seorang ibu, dan anak?” Ujar Nadiem melalui video yang diunggah melalui kanal Youtube KEMENDIKBUD RI.
Nadiem Makarim juga menambahkan dalam situasi pandemic COVID-19 ini dilalui oleh seluruh masyarakat dunia tak terkecuali Indonesia, wajar jika masyarakat sangat sulit untuk mengambil hikmah positif dari bencana Krisis yang menerjang kesehatan, ekonomi, hingga pembelajaran.
“Dalam situasi seperti ini sila-sila pancasila terlihat jelas mendarah daging di masyarakat kita, kalau kita lihat disekeliling kita, bahwa dimasyarakat begitu banyak yang menyalakan lilin-lilin kemanusiaan di lingkungan masing-masing. “tambahnya.
Terakhir Mendikbud bahwa Pancasila sebagai pusaka negara Indonesia tetap menyala dalam hati masing-masing individu masyarakat. Dalam setiap perbuatan kecil dan besar yang bisa dilakukan bagi sesama.
Penulis: Anugrah Tri Ramadhan
Editor: Amrina Rosyada
Ilustrasi: Kemendikbud RI