Aku tengok lagi arloji pada tangan kiri ku, arloji kulit berwarna hitam pemberian ayahku kala itu. Sudah pukul 17.00, dan ini waktu aku untuk kembali pulang. “Lelah sekali hari ini” batin ku dalam hati, sambil ku ambil tas punggung ku. Aku berjalan pada koridor kantor yang mulai ramai dengan pekerja yang juga ingin pulang.
“Surya” panggil seseorang dibelakang ku, yang suaranya sangat ku hafal.
“Hai, can? Shift malam lagi? Kamu ga bosan?” Tanyaku pada teman ku satu semesta ini.
“aku rasa tidak, bagaimana lagi aku memang tidak bisa terlelap di malam hari” jawabnya “sudahlah, tidak apa sudah pilihan illahi” lanjutnya dengan senyum khasnnya.
“Aku merasa bosan, ketika harus bangun pagi lalu pulang ketika malam datang. Entahlah, aku ingin sekali suasana baru” jawabku.
“Kawan, bukannya hidup ini sudah ketentuan? Bukankah kita harus tetap menjalaninya? Tuhan selalu miliki alasan untuk kita berjalan pada garis waktu yang di tentukan. Syukuri saja, karna apa yang kau miliki bisa saja yang diingkan orang lain” ucapnya sambil menatap mataku penuh dalam.
Setelah percakapan itu, kita kembali pada jalan yang berbeda. Aku kembali ke barat, dan dia bertemu semesta dari arah barat.