Agave Putra Majid , aku biasa memanggilnya “Agave”. Sahabat karib ku sejak belajar mengeja dan berhitung. Dia cerdik, tangguh, dan masyhur dikalangan wanita. Sungguh, bagiku sendiri dia memang cocok dijadikan tambatan hati.
Kita miliki banyak kesamaan, pendengar setia radio, suka berkendara dengan vespa, dan suka dengan aroma pegunungan. Entah lah, sudah berapa kilometer yang tercatat di spedometer vespanya. Berapa banyak juga gunung yang kita tapaki bersama.
Lorong lantai dua sekolah adalah tempat favorit kami. Memandang kebawah, menebak bentuk awan, melukis langit dan menerbangkan origami pesawat. Pernah kau seka rambut ku ke telinga, ketika aku tak merespon ucapan mu. Rasanya jantung ku mau terlepas kala itu.
“Gret, langitnya cerah banget ya. Lihat tu bentuk gajah” ucapnya
“Gret…Greta Amalia Putri…” panggilnya, sambil menyeka rambut ku ke telinga.
“Hmmm? Gimana oh itu ya ada gajah, bisa terbang ya dia” jawab ku dengan gagap, karena jantung ku berdebar ketika memandang mata nya yang coklat terang.
“Kenapa? Mikirin seseorang ya? Ngaku deh” ucapnya dengan nada meledek.
“Engga, udah yuk masuk kelas aja. Udah selesai istirahatnya” ucapku dan mendahului nya berjalan.
Sekali aku ingat, ketika kita sedang duduk bersama dikantin. Seorang gadis datang, dan mengajak mu untuk hadir dihari jadinya. Kau tersenyum dengan gigi ginsul mu, dan kau iyakan undangannya. Aku yang kesal, berlalu dan pergi membiarkan mu bercakap dengan gadis itu. Terasa memilukan, namun sedikit tenang karena memandang tawa mu yang lepas.
Aku sering berfikir kita seperti kanan dan kiri, seimbang dan saling mengisi. Seperti logika dan hati, yang selalu mengimbangi. Bukan masalah besar, jika kita bersama dalam satu hati. Namun, aku salah karna aku menanti sendiri.
Kita memang beriringan, namun sayangnya bukan aku yang kau giring masuk. Aku yang membantu mu menyeka air di pipi mu, namun kau bantu dia kekasihmu. Kau dekap erat tubuh mungilku ketika pilu, namun lupa setelah hilang luka mu. Sekali lagi, aku tetap Greta Amalia Putri sahabat karib mu dan akan selalu begitu.