Muncul istilah-istilah yang baru terdengar semenjak adanya virus corona ini, salah satunya yaitu new normal. New normal merupakan salah satu langkah yang diambil pemerintah guna mempercepat penanganan ekonomi, sosial serta kesehatan di masa pandemi ini. Dengan kata lain masyarakat bisa bekerja kembali untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka yang sedamg anjlok semenjak adanya pembatasan sosial berskala besar, tapi tentu saja juga mempertimbangkan aspek epidemiologis dan regional.
Dengan kondisi new normal bisa dikatakan masyarakat akan beraktivitas sehari-hari dengan di dampingi budaya baru. Seperti menggunakan masker setiap keluar rumah, rutin mengukur suhu badan, dan sebisa mungkin tidak berada di tempat yang ramai. Pedoman World Health Organisation (WHO) juga bisa menjadi acuan masyarakat untuk menjaga kesehatan mereka. Pengendalian ini juga harus bisa dilakukan di tempat yang memiliki kerentanan tinggi, seperti panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan wilayah dengan banyak penduduk. Langkah pengendalian dengan pencegahan juga harus diterapkan di tempat kerja. “Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja mulai ditetapkan seperti jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan etika pernapasan,” ujar Direktur Regional WHO untuk Eropa Henri P Kluge dikutip dari kanal berita detik.com.
Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman menyatakan bahwa virus corona mungkin tidak akan bertahan lama di bumi, karena hal tersebut maka istilah ‘berdampingan’ dengan virus corona lebih bisa diterima dari pada ‘berdamai’ dengan virus corona. “Artinya berdampingan itu ya kita bisa aja musuhan sama siapa, tapi jalan bersama-sama itu bisa. Tapi kalau damai, ya itu istilah aja sih, tapi mungkin dari sudut virologi, istilah berdampingan itu lebih dapat dipraktikkan ya,” ungkap Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio, dikutip dari kanal berita detik.com
Dalam dunia pendidikan khususnya pada tingkat perguruan tinggi di Indonesia. Tatanan dari normal baru akibat pandemi ini masih menuai pro-kontra apakah perkuliahan tetap dilakukan secara daring atau tidak. Tetapi dalam keputusan Kemendikbud Nadiem Makarim perkuliahan tetap melalui daring, meski tempat tersebut merupakan zona hijau. “Alasannya adalah universitas punya potensi mengadopsi belajar jarak jauh lebih mudah daripada pendidikan menengah dan dasar,” lanjut Nadiem, dikutip dari kanal berita kumparan.com.
Tetapi pihak yang kontra akan keputusan Kemendikbud memiliki argumen yang sangat bisa diterima seperti banyak kegiatan kampus yang tidak bisa jika dilakukan melalui daring seperti penelitian yang harus dilakukan di laboratorium, memegang alat berat, dan beraktivitas di studio kampus.
Penulis : Anugrah Tri Ramadhan
Ilustrasi : Salsabilla Okta Putriani
Editor : Haris Rzky Amanullah