Dalam film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak menggunakan latar belakang Sumba, Nusa Tenggara Timur, salah satu pulau yang akhir-akhir ini mulai terkenal dengan surga dunianya para traveler. Letak tanah lapang yang apik dan dapat berubah warna sesuai dengan musim yang terjadi di Sumba sendiri. Pada film ini, menggunakan musim kemarau sebagai suasananya. Memperlihatkan keindahan Sumba lewat jalan yang berliku diapi dengan tanah yang gersang. Orang-orang yang belum pernah melihat atau mendengar Sumba sebelumnya, maka akan terkagum-kagum melihat indahnya Sumba dari sisi lain.
Pada film berdurasi 90 menit ini pula menggambarkan betapa beraninya masyarakat penduduk Sumba, yang sebenarnya akan dapat menggiring opini negatif masyarakat mengenai Sumba. Namun jika ditelaah, memang tidak hanya Sumba saja yang masih menjadi salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Lagipula, Sumba yang dimaksud disini adalah Sumba yang bisa dibilang kuno, dimana disini hanya diperlihatkan satu rumah saja dan itupun yang terbuat dari bambu-bambu yang dianyam sedemikian rupa.
Soal make up artist, film ini juaranya. Dimana tokoh-tokoh dalam film ini digambar menjadi sosok yang benar-benar mirip sekali dengan orang Sumba. Dari bagaimana ia berpakaian menggunakan bawahan kain yang dililit menjadi rok. Tidak menggunakan make up, serta lebih terlihat berkulit gelap, dan penyuka sirih sehingga warna bibirnya pun kemerah-merahan yang bukan berasal dari lipstick.
Bahasa yang digunakan dalam film ini benar-benar menggunakan bahasa Sumba, yang dapat mengenalkan bahasa Sumba kepada masyarakat luas melalui film ini. Adat dan budaya yang kental pula dimasukkan kedalam film ini. Bagaimana mayat yang menjadi mumi dan diletakkan di rumah dengan hanya tertutupi kain karena upacara untuk biaya penguburan mayat saja terlalu mahal. Orang-orang yang bepergian menggunakan truk sebagai angkutan umum. Karena digunakan sekaligus untuk mengangkut hewan ternak mereka. Hewan ternak yang banyak di Sumba adalah kuda, babi, kerbau, sapi, dan ayam.
Film ini berbeda dari film-film Indonesia lainnya yang kebanyakan membahas mengenai drama percintaan, action, comedy, atau sekalipun horror. Namun film ini adalah film bergenre thriller yang menantang dan tidak biasa. Dalam film ini jangan meremehkan dulu dan tidak perlu diragukan lagi properti yang digunakan, karena memang benar-benar tampak seperti nyata pada kehidupan asli penduduk Sumba. Bisa dibilang terniat, karena kepala Markus yang terpotong dan selalu dibawa kemana-mana oleh Marlina adalah kepala yang sengaja dibuat dan di make up persis menyerupai muka asli dari Markus, detail-detailnya seperti nyata bahkan hingga rambutnya yang pirang dengan uban.
Selain mengenai latar dan property serta make up yang digunakan dalam pembuatan film ini adalah moral value yang dapat diambil dari film ini adalah sebagai perempuan, khususnya, harus berhati-hati ketika bertemu dengan seorang laki-laki. Selalu waspada terhadap orang yang tidak dikenal, orang yang dikenal pun ternyata juga terkadang bisa mempunyai niat jahat kepada kita.
Apapun yang kita lakukan, meski menurut kita benar, namun terkadang kita juga harus mengalah pada hukum-hukum negara yang sudah diatur dan ditegakkan untuk dipatuhi setiap warga negaranya. Seperti Marlina yang tetap saja melapor bahwa ia telah diperkosa oleh Markus, namun Marlina pun membunuh Markus juga berdosa karena membunuh ciptaan Tuhan.
Seperti Novi yang selalu ingat pada Tuhan, bahkan di detik-detik terakhir ia membunuh Frans untuk menyelamatkan Marlina saat di perkosa. Novi berdoa memohon ampun pada Tuhan supaya apa yang dilakukannya ini semata-mata hanya untuk menolong sahabatnya saja, tidak untuk niatan yang buruk kepada Frans.
Penulis : Gusti Bintang Kusumaningrum