Duderan, Tradisi Khas Kota Semarang Dalam Menyambut Puasa
Dugderan, tradisi khas Kota Semarang dalam menyambut puasa yang diramaikan dengan arak-arakan dugderan khas budaya Kota Semarang, Warak Ngendog. Ribuan peserta akan mengikuti arak-arakan dilakukan mulai dari Balai Kota menuju Masjid Agung Semarang (MAS) kemudian menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Dugderan merupakan prosesi yang sakral yang rutin dilaksanakan setiap tahun untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Acara ini dilakukan dengan meriah dan disertai banyak hiburan kesenian tradisional diantaranya, tek-tek sahur, rebana, dan berbagai macam tarian. Tak ketinggalan para pedagang menjajakan berbagai macam dagangannya yang umumnya bentuk mainan gerabah dijajakan di sekitar Jalan KH Agus Salim. Atau tepatnya STIE Bank Jateng. Tak kurang sekitar 500 pedagang memadati berjualan di area tersebut.
Berbagai wahana permainan pun siap untuk menghibur pengunjung. Mayoritas pedagang itu datang dari beberapa daerah di sekitar Kota Semarang seperti Kendal, Grobogan, Demak, dan Jepara.
Salah satu pedagang asal Jepara yang tidak mau disebut namanya mengatakan berjualan di arena Dugderan untuk mencari rezeki sekaligus meramaikan tradisi Dugderan di Kota Semarang dia lakukan setiap tahun, setiap datangnya bulan Ramadan. Dengan membawa gerabah dari Jepara, ia dibantu suaminya menggelar dagangan di pinggir Jalan Agus Salim Semarang tersebut.
Ia berharap, selama berjualan saat Dugderan bisa laris seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun lantaran dengan terbakarnya Pasar Johar ia sadar dan agak pesimis dagangannya bisa laku seperti tahun-tahunnsebelumnya sebelum Pasar Johar terbakar.
Toh demikian ia berharap dagangannya tetap laris dikunjungi pembeli yang umumnya cukup ramai pada hari Sabtu dan Minggu.
Dugderan sudah dimulai 27/5/2016 dan telah berakhir 5/6/2016 kemaren. (Galuh)