Seorang anak yang bernama Yuda Saputra menderita tuna rungu dan tuna wicara. Dia berasal dari Gunung Pati, berkeliling Semarang dengan menawarkan jasa pijat dan kerok badan demi membiayai sekolah adik dan membantu ibunya. Dengan kekurangan fisik yang ia miliki, ia terus berusaha demi adik dan ibunya.
Dengan mengayuh sepeda tuanya, ia menempuh lebih dari 20 KM dari daerah Gunung Pati ke sekitar kota Semarang. Bisa terbayang seberapa jauh dia mengayuh sepedanya. Jarak yang lumayan jauh itu ia tempuh dari terbit fajar hingga tengah hari saat matahari begitu terik memancarkan sinarnya, barulah ia tiba ditempat yang menurutnya cocok untuk menawarkan jasa pijat dan kerok. Saat itu pada sore hari ia datang ke sebuah warung dipinggiran kampus UDINUS dan membuat mahasiswa yang tengah berkumpul disana merasa terenyuh (simpati) dengan kehadiran Yuda. “Aku mau menawarkan jasa pijat buat bantu ibu seikhlasnya. Aku pengen bantu ibu untuk makan sekeluarga. Maturnuwun. Assalamualaikum nama Yuda Saputra rumah digunung pati buat biaya sekolah adik saya mohon dibantu seikhlasnya.” Begitulah kalimat yang tertulis pada kertas yang dibawa Yuda. Terenyuh memang begitu membaca kata demi kata yang ia tulis dengan tangannya sendiri.
Saat berkomunikasi dengan pelanggannya, ia hanya mengandalkan tulisan dan bahasa isyarat sederhana dari tangannya. Jari jemarinya yang terlihat kurang mantap saat memijit sungguh membuat siapa saja merasa iba. Besar tekadnya untuk mewujudkan niatnya itu patut menjadi contoh bagi siapa saja. Khususnya kita para jiwa muda haruslah semangat dalam meraih sesuatu, berbakti terhadap orang tua dan kasih sayang yang tulus untuk keluarga. (Gita)